Surabaya Kosong Stok Garam, Pemkot Tunggu Kebijakan Pemerintah Pusat

SR, Surabaya – Persediaan garam di Surabaya diakui Pemerintah Kota Surabaya saat ini sedang kosong. Hal ini dipengaruhi oleh cuaca yang tidak menentu beberapa hari terakhir, sehingga mempengaruhi jadwal panen garam petani tambak garam di Surabaya dan di sejumlah daerah.
“Jadi tergantung sama intensitas penyinaran matahari, kemudian sama pengaruh musim tadi. Kalau tidak hujan ya berarti bisa jalan,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya, Joestamadji.
Terkait stok garam yang kosong di Surabaya, Joeatamadji mengaku hanya masih menunggu kebijakan strategis yang akan diambil pemerintah pusat. Selain itu, Pemkot Surabaya juga berencana melakukan operasi pasar, bila kondisi stok garam masih langka.
“Kalau ini kan kebijakan pemerintah pusat, jadi kita ya nunggu saja dari pemerintah pusat seperti apa masalah garam ini,” ujar Joestamadji.
Kedepan, Pemkot Surabaya akan melakukan peningkatan kualitas garam krosok (kasar) kualitas rendah, menjadi garam yang siap dikonsumsi.
“Tahun kemarin pinginnya garam krosok (kasar) istilahnya ya, ini mau kita olah terus lebih ditingkatkan lagi, sampai di packing, bisa dikonsumsi,” lanjutnya.
Kota Surabaya setiap tahunnya mengkonsumsi garam hingga 100.000 ton, dengan kemampuan produksi petani tambak garam yang berkisar antara 70.000 sampai 100.000 ton per tahun. Namun selama 2 tahun terakhir, produksi petani tambak garam di Surabaya terus menurun, akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.
Joestamadji menambahkan, meski terus berupaya memperbaiki kualitas produksi dengan memanfaatkan teknologi, produksi garam lokal masih sangat tergantung pada proses alami yang membutuhkan panas matahari.
“Memang kalau kita ngomong garam, memang prosesnya masih alami. Ada sebenarnya teknologi, air laut dimasak, cuma kalau dimasak pakai bahan bakar minyak nanti tidak efektif,” ujarnya.
Pasokan garam yang sedang kosong di pasaran, disebabkan tidak adanya garam yang bisa dipanen dalam waktu dekat. Menurut petani tambak garam di Romokalisari, Surabaya, Muhammad Nur Aini, kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi faktor utama molornya panen garam di Surabaya.
“Hari ini mestinya sudah mulai ada yang, istilahnya lepas air tua, LAT, kalau orang Madura itu LAT, lepas air tua, ditaruh di meja kristalisasi, menunggu 7 hati atau 10 hari baru kita panen. Tapi karena hujan, otomatis mundur, itu pun dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari, kalau full ya kurang lebih 10 hari kita sudah kita punya BE 25 lagi, paling cepat pertengahan bulan Agustus itu sudah bisa panen, kalau tidak ada hujan mulai sekarang,” terangnya.
Nur Aini menambahkan, kepastian mengenai kondisi cuaca saat ini sangat diperlukan oleh petani garam, untuk memberi kepastian waktu produksi petani tambak garam. Petani juga meminta pemerintah memberikan kepastian mengenai stabilitas harga garam, karena harga beli yang relatif rendah selama ini.
“Petani garam ya kepinginnya cepat produksi, satu. Yang kedua, ada informasi yang jelas dari BMKG, kapan kita itu mulai turun ke ladang, terus informasi perkiraan cuacanya, iklimnya itu bagaimana, jadi kita bisa antisipasi. Jadi bagi kami yang penting ada produksi garam, dan harga garam itu stabil,” tandasnya.(ptr/red)
Tags: kosong, stok garam, surabaya, tunggu kebijakan pemerintah pusat
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.