Lebaran Ketupat, Ribuan Warga Kediri Saling Tukar Makanan dan Nyalakan 1000 Obor

Yovie Wicaksono - 13 June 2019
Suasana perayaan Lebaran Ketupat di Warga Lingkungan Kwangkalan, Kelurahan Tempurejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (12/6/2019). Foto : (Super Radio/Rahman Halim)

SR, Kediri – Warga Lingkungan Kwangkalan, Kelurahan Tempurejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, memaknai perayaan Lebaran Ketupat dengan tradisi saling tukar makanan untuk dikonsumsi bersama, disertai dengan menyalakan seribu obor di sepanjang jalan Lingkungan Kwangkalan hingga radius sekitar 1,5 kilometer.

Ketua RW 5 Muhammad Isa mengatakan, lampu penerangan yang ada disepanjang jalan Lingkungan Kwangkalan sementara waktu sengaja dipadamkan. Hal ini memilki makna jika nyala api obor diharapkan bisa menjadi penerang bagi hati dan jiwa masyarakat, khususnya mereka yang berdomisili di Lingkungan Kwangkalan, Kelurahan Tempurejo, Kecamatan Pesantren.

“Maknanya untuk menerangi hati masyarakat, temanya kan seribu oncor (obor) menerangi jiwa,” ujarnya kepada Super Radio, Rabu (12/6/2019) malam.

Kegiatan ini melibatkan ribuan warga yang tinggal di 8 RT dan 2 RW. Diantaranya RT 14 sampai 21 serta RW 5 dan RW 6. Ribuan obor tersebut mulai dinyalakan selesai ibadah salat magrib.

Muhammad Isa menambahkan, tradisi ini belum pernah ada dan baru tahun ini dilaksanakan. Gagasan tersebut muncul setelah diprakarsai oleh pihak perangkat Kelurahan dan Kecamatan. Sebelumnya perayaan Lebaran Ketupat hanya dilakukan di musala dengan tradisi saling tukar makanan lalu dikonsumsi secara bersama, ditempat.

“Tujuh hari setelah Lebaran, kupatan biasanya dilakukan di musala. Lalu ada acara ini, kita jadikan satu dalam acara halalbihalal,” imbuhnya.

Dalam acara tersebut, masing-masing keluarga diimbau untuk membawa makanan sendiri dari rumah. Kemudian mereka duduk saling berhadapan dan bertukar makanan. Tradisi ini juga diisi dengan tausiyah dan pengajian.

Setelah pengajian selesai mereka diperkenankan untuk mengkonsumi makanan secara bersama-sama ditempat. Semua warga dari berbagai usia menjadi satu mengikuti kegiatan tersebut. Mereka terlihat guyub dan rukun satu sama lain.

Ribuan obor ini juga dibuat sendiri oleh masyarakat dan membutuhkan waktu persiapan selama tiga hari. Diharapkan, tradisi seperti ini bisa dipertahankan hingga generasi penerus nantinya. “Kalau begini kan kelihatan guyub dan rukun. Setiap RT, membuat 100 oncor (obor). Bahanya dari bambu, botol minuman isinya minyak gas,” tandasnya. (rh/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.