Desa Banjar Gelar Festival Nasi Lemeng dan Kopi Uthek

SR, Banyuwangi – Kabupaten Banyuwangi terus berkreasi dengan potensi lokalnya. Masih dalam balutan agenda wisata Banyuwangi Festival (B-Fest), dihadirkan Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek’. Festival itu digelar di Desa Banjar, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (8/7/2017).
Festival makanan dan minuman khas Desa Banjar ini berlangsung meriah. Ratusan pengunjung memadati areal festival yang berlangsung di tengah sawah. Panorama pegunungan yang indah menjadi latar panggung festival ini.
Sejak pagi ibu-ibu di Desa Banjar telah sibuk menyiapkan nasi-nasi lemeng bagi para pengunjung festival. Aroma asap bakaran nasi lemang yang dipanggang dalam bambu, di atas tungku batu bata memenuhi udara, membuat penasaran untuk mencicipi kuliner khas warga Osing ini. Tak ketingalan kopi tubruk dan gula aren yang setelah dipasangkan menjadi kopi uthek ini, menjadi sajian unik nan spesial di festival kali ini.
“Sengaja kami gelar festival ini agar wisatawan tahu dan bisa mencicipi keragaman kuliner khas Banyuwangi. Selain juga untuk menjaga kelestarian kuliner khas yang turun temurun, seperti Sego Lemeng dan Kopi Uthek ini,” kata Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko.
Sego Lemeng dan Kopi Uthek merupakan kuliner khas Suku Using, Desa Banjar. Sego Lemeng adalah nasi yang digulung dengan daun pisang, dan diisi dengan cacahan daging ayam dan ikan tuna/ikan asin. Lalu gulungan nasi tersebut dimasukkan ke dalam bilah bambu dan dibakar saat akan dimakan. Paduan aroma daun pisang dan bau asap dari pembakaran bambu yang terperangkap di dalam Sego Lemeng itu, menghasilkan citarasa Sego Lemeng yang khas, gurih dan sedap.
Sementara, Kopi Uthek adalah kopi yang disuguhkan dengan cara berbeda. Dalam setiap cangkir kopi, ada sepotong gula aren (nira) terpisah sebagai pendampingnya. Gula nira tersebut digigit sembari kopi diminum.
“Makanan dan minuman khas lokal seperti ini akan terus kami lestarikan untuk mempertahankan warisan leluhur. Selain itu, kekhasan lokal ini menjadi komponen pendukung pariwisata daerah,” kata Yusuf.
Konon, Sego Lemeng adalah makanan yang menjadi bekal para gerilyawan yang sedang melakukan perlawanan terhadap penjajah Kolonial Belanda. Saat berjuang merebut kemerdekaan, banyak warga yang berjuang dan bersembunyi di hutan. Di sanalah mereka membuat Sego Lemeng untuk bertahan hidup.
“Ini menarik. Kalau kita padukan antara citarasa kulinernya yang khas, kisah historis, dan potensi alamnya Banjar yang indah, ini akan menjadi paket wisata komplit. Kami optimis akan banyak wisatawan yang berkunjung ke Desa Banjar,” ujar Wakil Bupati, Yusuf.
Salah satu pembuat Sego Lemang adalah Siti Marwiyah. Siti mengaku senang kuliner khas desanya diangkat dalam B-Fest.
“Rasanya ikut seneng kalau makanan tradisional ini dinikmati tamu-tamu wisatawan. Apalagi kami bisa mengenalkan cara minum kopi kami yang unik ini,” ujar Siti.
Siti mengatakan. kalau keahliannya membuat Sego Lemang didapat secara turun temurun di keluarganya. Nasi Lemang kata Siti, bukanlah kuliner yang menjadi menu sehari-hari, tapi warga membuatnya hanya pada momen momen spesial.
“Biasanya Sego Lemeng dibuat seperti pada saat selamatan kampung,” kata Siti.
Sementara itu, Ketua Panitia Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek, Samsudin Cacuk mengatakan, festival ini digelar selama dua hari, yaitu Sabtu-Minggu (8-9 Juli 2017). Di festival ini, para pengunjung sembari berwisata kuliner, bisa menikmati keindahan Desa Banjar. Beragam hiburan akan disuguhkan, seperti kesenian asli Desa Banjar yakni barong, kuntulan, dan gandrung. Selain itu juga ada pertunjukkan Jazz Patrol.(wan/red)
Tags: banyuwangi festival, kopi uthek, nasi lemeng
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.