RUU Kepolisian Berpotensi Ganggu Independensi KPK Soal Rekruitmen Penyidik

Rudy Hartono - 5 June 2024
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata memberikan keterangan pers terkait penahanan mantan Bupati Sidoarjo Saiful Ilah di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta. (dok rri)

SR, Jakarta – Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata mengkhawatirkan, Revisi Undang-Undang (RUU) Kepolisian bisa menganggu independensi lembaganya. Dalam pasal tersebut, Kepolisian berhak mengawasi dan membina teknis Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di kementerian atau lembaga.

“Satu hal yang tidak bisa diganggu adalah persoalan independensi KPK. Sebagaimana diatur dalam pasal 3 UU KPK, independensi antara lain juga menyangkut rekruitmen penyelidik/penyidik,” kata Alex kepada awak media, Selasa (4/6/2024).

Alex menjelaskan, KPK tidak perlu meminta izin untuk mengangkat penyidik/penyelidik kepada aparat penegak hukum lainnya. KPK hanya perlu berkoordinasi dengan aparat penegak hukum lainnya untuk berkomunikasi.

“Hanya dalam pelatihannya berkoordinasi dengan APH, bisa Polri, atau kejaksaan agung. KPK tidak perlu meminta restu dari lembaga lain untuk mengangkat penyelidik/penyidik,” kata Alex.

Bahkan, kata Alex, KPK yang memiliki kewenangan untuk mengawasi APH dalam kinerjanya. “Dalam penanganan perkara korupsi justru KPK yang oleh UU diberi kewenangan untuk mengawasi kinerja APH lain,” ujarnya.

YLBHI mengkritik usulan memberi kewenangan polisi untuk mengawasi dan membina PPNS di kementerian/lembaga. Usulan tertuang dalam RUU Polri Pasal 14 Ayat 1b menjelaskan, bahwa polisi berwenang mengawasi dan membina teknis PPNS.

RUU Polri juga dianggap sarat upaya intervensi dalam penegakan hukum, di kementerian/lembaga. Sebab, dalam Pasal 16 Ayat 1 beleid tersebut, Polri juga diberikan kewenangan dalam proses rekrutmen PPNS. (*/rri/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.