Mengenal Wayang Topeng Malangan

SR, Surabaya – Wayang Topeng Malangan menjadi identitas khas Malang dalam kebudayaan dengan berlatar belakang cerita di abad ke-16 pada masa kerajaan Kediri.
Wayang Topeng Malang merupakan seni pertunjukkan dimana para pemainnya memakai topeng malangan. Tujuan dari penggunaan topeng adalah untuk meningkatkan fleksibilitas para penari sehingga tidak perlu menggunakan riasan yang pada zaman dulu masih sulit untuk dilakukan.
Ciri khas Topeng Malangan adalah pada pahatan karakter wajah seseorang pada media kayu yang nampak nyata, serta warna yang lebih beragam dibanding topeng dari daerah lainnya.
Adapun ragam warna dalam Topeng Malangan antara lain merah, putih, kuning, hijau, dan hitam. Warna tersebut melambangkan keberanian, kesucian, kesenangan, kedamaian, dan kebijaksanaan.
Berbagai karakter Topeng Malangan pun digunakan dalam kesenian tari ini, yang mengandung makna kehidupan dan watak manusia, yang terkadang bahagia, sedih, malu, dan lainnya.

Awalnya, Wayang Topeng Malangan hanya ditujukan untuk kegiatan keagamaan serta kegiatan sakral. Namun, seiring perkembangan zaman, kesenian ini menjadi sebuah pentas untuk hiburan masyarakat dan akhirnya menjadi daya tarik pariwisata khas yang dimiliki kota Malang.
Setiap pementasan Wayang Topeng Malangan, terdiri dari dalang sebagai pengatur alur cerita, pemain yang bertugas menyajikan lakon atau adegan yang disampaikan oleh sang dalang, dan musik tradisional untuk mengiringi tiap adegan pementasan.
Keunikan yang terdapat pada Wayang Topeng Malangan adalah adegan yang diperankan oleh tiap karakter menggunakan tarian sebagai media untuk menggambarkan alur cerita yang dituturkan oleh dalang, sehingga musik tradisional sebagai pengiring tak terpisahkan dalam tiap pementasan kesenian ini.
Cerita yang sering disajikan dalam pentas biasanya bersumber dari kisah Panji yang berlatar belakang masa kerajaan Kediri di abad 16 dan 17, yaitu mengisahkan tentang Raden Panji yang mencari kekasihnya Dewi Sekartaji sebagai tokoh utama untuk menjalin kembali kisah cintanya yang terhalang. “Lakon gedog” merupakan sebutan khas warga Kedungmonggo tentang cerita tersebut.
Menurut sejarahnya, kedua tokoh utama tersebut didampingi oleh sahabat-sahabatnya yang seringkali mewarnai perjalanan mereka dalam upaya menjalin kembali kisah cintanya.
Selain itu, cerita utama terbagi menjadi dua jejer (adegan cerita utama) yaitu jejer jawa dan jejer sabrang. Hal yang membedakan keduanya adalah latar tempat adegan utama diceritakan. Jejer jawa adalah latar yang bertempat di kerajaan-kerajaan yang ada di pulau Jawa, sedangkan jejer sabrang merupakan latar yang bertempat di luar pulau Jawa.
Dalam perkembangannya lakon-lakon tersebut menjadi lebih beragam, tercatat sudah ada 17 karangan atau cerita percabangan yang berasal dari penggalan cerita utama perjalanan cinta Raden Panji dan kekasihnya Dewi Sekartaji. Keragaman lakon tersebut menjadi daya tarik utama dalam menyaksikan pementasan Wayang Topeng Malangan. (*/vi/red)
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.