Mengenal Tradisi Cahe yang Dilakukan Masyarakat Madura

Yovie Wicaksono - 20 February 2023
Upacara Ritual Cahe untuk Memohon Keberkahan-Turun Hujan di Sumenep. Foto: (@infosumenepku)

SR, Surabaya – Banyak sekali tradisi Islam Nusantara yang tersebar di pelosok Desa. Salah satunya adalah ritual Cahe atau Ritus Bumi (sedekah bumi). Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Madura di Desa Langsar, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Melansir NU Online, tradisi ini dilaksanakan di dalam Gua Mandalia, diketahui gua tersebut masih aktif. Artinya stalaktit dan stalagmit aktif hingga membentuk pilar, gourdam, gorden, dan beberapa ornamen lainnya.

Masyarakat meyakini bahwa gua tersebut merupakan pertapaan sesepuh desa. Konon, gua itu dijadikan jalan pintas para wali terdahulu untuk menuju ke Gunung Keramat di Situbondo.

Tradisi Cahe dilakukan dua kali dalam setahun, tepatnya saat awal musim hujan (musim tanam) dan akhir musim penghujan (musim panen). Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rezeki yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Muammar, warga setempat menyatakan, ia tidak mengetahui kapan ritual tersebut menjadi tradisi di masyarakat Langsar. Namun, jika ditarik dalam perspektif sejarah, mayoritas tradisi Islam di Saronggi tidak jauh beda dengan tradisi Jawa yang sejak dulu dilakukan secara turun temurun.

Diterangkannya, sebelum ke Gua Mandalia, masyarakat berkunjung ke ketua adat untuk mendapat arahan agar ritual itu berjalan sesuai tradisi yang ada. Setelah itu, masyarakat berbondong-bondong membawa hasil bumi yang siap saji ke lokasi ritual. Hasil bumi itu berupa kopi, nasi putih, lauk pauk, tujuh bungkus jajanan pasar, serta air bunga tujuh rupa yang disertai tujuh buah kelapa muda.

Salah satu keunikan dalam ritual Cahe adalah makanan yang dibungkus dalam sebuah daun lontar yang diberi bendera merah putih. Ada pula hasil bumi yang dibungkus dalam sebuah nampan.

Seluruh hasil bumi tersebut dipanggul oleh ibu-ibu dan dibawa ke gua. Sesampainya di sana, makanan itu diletakkan ke dalam gua. Kemudian tokoh adat bertawasul, memimpin tahlil dan memanjatkan doa agar diberikan rezeki yang halal dan berkah.

Setelah berdoa, tokoh adat memercikkan air bunga tujuh rupa ke setiap sudut gua, termasuk ke dalam gua yang gelap dan sempit serta dipercikkan di bibir gua yang dikelilingi masyarakat setempat.

“Kelapa muda yang sudah didoakan oleh tokoh adat dibawa keluar. Kemudian diterima oleh warga yang berpakaian adat sambil berdoa agar hajatnya dikabulkan oleh Allah,” tuturnya.

Sambil menunggu proses Cahe, pria yang memegang kelapa muda yang dihiasi bunga, menari sembari diiringi musik tradisional.

“Perlu diketahui, tidak semua pengunjung berasal dari Desa Langsar. Ada juga yang berasal dari Situbondo, Banyuwangi dan Jember. Mereka hadir, tidak lain berharap keberkahan, keselamatan dunia akhirat,” pungkasnya. (*/vi/red)

Tags: ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.