Mahfud MD: Ibrahim Memimpin tapi tidak Menyalahgunakan Jabatan

Rudy Hartono - 17 June 2024
Mahfud MD saat menjadi khatib solat Iduladha di Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar, Senin (17/6/2024)

SR, Makasar – Pakar Hukum Tata Negara, Mahfud MD, mengingatkan bahwa Idul Adha jangan cuma dimaknai ibadah mahdhah (ritual). Menurutnya, keteladanan yang diberikan Nabi Ibrahim dan keluarganya, termasuk Nabi Ismail dan Siti Hajar, dapat pula menjadi contoh baik bagi kita dalam menjalani kehidupan bernegara. Sebab, bernegara ibarat ikatan keluarga.

“Pelajaran utama dari peristiwa keluarga Ibrahim ini adalah ujian. Setiap manusia yang hidup akan mengalami berbagai ujian, berani mengorbankan jiwa dan raga, termasuk ujian mengorbankan keluarga demi ketaqwaan kepada Allah SWT,” kata Mahfud MD saat menjadi khatib solat Idul Adha di Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar, Senin (17/6/2024).

Menkopolhukam periode 2019-2024 itu mengatakan, ujian bisa berupa kemiskinan, kekayaan dan kedudukan. Ujian, apakah dalam kemiskinan kita tetap akan bertaqwa dan tidak mau diimingi untuk melanggar ketaqwaan guna mengakhiri kemiskinan.

“Ujian, apakah saat kita kaya masih mau bertaqwa dengan tetap berakhlaqul karimah dan  berlaku baik untuk menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah. Ujian, apakah kita masih mau bertaqwa ketika mempunyai jabatan tinggi dengan berbuat adil, tidak korupsi dan tidak menyalahgunakan jabatan,” ujar Mahfud.

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2008-2013 itu menjelaskan, Alqur’an sendiri menyebut negara ibarat ikatan keluarga. Karenanya, pernikahan dalam rangka membentuk keluarga atau rumah tangga adalah mistaqon ghalidza atau perjanjian suci.

Ia menyampaikan, dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia dalam bentuk NKRI, ulama-ulama kita menyebut NKRI sebagai darul mitsaq atau darul ahdi. Artinya, NKRI merupakan negara bangsa sebagai ikatan atau perjanjian antar seluruh elemen bangsa.

Mahfud menegaskan, negara akan baik jika ketiga elemen penting rakyat, pemerintah dan ilmuwan (intelektual atau ulama) baik. Mahfud mengutip Imam Al Ghazali yang menggambarkan hubungan ketiganya harus sama-sama baik dan tidak boleh rusak.

“Rusaknya kehidupan rakyat disebabkan oleh rusaknya pemerintahnya, rusaknya pemerintahnya disebabkan oleh rusaknya ilmuwan atau ulamanya, dan rusaknya ilmuwan atau ulama itu disebabkan oleh kecintaan terhadap harta dan kedudukan ,” ujar Mahfud. (ns/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.