Jembatan Penyeberangan Sungai, Solusi Cegah Kecelakaan Sungai

Yovie Wicaksono - 20 April 2017
Wagub Jawa Timur Saifullah Yusuf meninjau dan mencoba perahu tambang di lokasi penambangan di wilayah Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo (foto : Superradio/Srilambang)

SR, Surabaya – Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana akan membangun jembatan penyeberangan di beberapa kawasan, di wilayah yang memanfaatkan perahu tambang sebagai moda transportasi, terutama di Sungai Surabaya.

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengatakan, peristiwa kecelakaan perahu tambang yang menyebabkan beberapa orang hilang dan tengelam ini, harus disikapi dengan serius terutama untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi.

“Hal itu sesuai keinginan masyarakat agar segera dibangunkan jembatan,” kata Saifullah Yusuf, saat berkunjung di Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, belum lama ini.

Saat ini perahu tambang banyak dimanfaatkan masyarakat, karena merupakan alat transportasi yang memperpendek jarak dan waktu tempuh masyarakat dari satu daerah atau kawasan dengan wilayah lain, yang dipisahkan oleh sungai.

“Oleh sebab itu, alternatif transportasi yang aman adalah dibangunnya jembatan penyeberangan,” ujar Saifullah Yusuf.

Pembangunan jembatan harus diusulkan terlebih dahulu, yang tentunya harus berkoordinasi dengan Dinas PU Bina Marga atau Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional. Setelah itu baru bisa diproses dan ditindak lanjuti dengan pembangunan jembatan. Minimal dibutuhkan sekitar dua tahun untuk membangun jembatan.

”Dari beberapa titik yang selama ini digunakan untuk perahu tambang, dipilih titik terbaik yang tepat untuk dibangun jembatan. Kalau sesuai rencana, tepatnya pada tahun 2018 sudah terbangun jembatan yang bisa digunakan,” imbuhnya.

Meskipun demikian, Saifullah Yusuf tidak dapat melarang pemakaian perahu tambang untuk sarana transportasi sungai, karena belum ada regulasi yang mengatur. Wakil Gubernur Jawa Timur menekankan, agar penyedia jasa perahu tambang untuk penyeberangan sungai tetap mengutamakan faktor keselamatan, salah satunya dengan memiliki dan menyediakan alat keselamatan yang memadai sepeerti jaket pelampung.

“Misalnya apabila kapasitas perahu hanya enam orang, maka tidak boleh lebih dari enam orang penumpangnya. Dan juga harus disediakan jaket pelampung, dan tali yang digunakan harus dicek demi keselamatan penumpang,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur, Wachid Wahyudi mengatakan, alat transportasi penyeberangan yang ada di Jawa Timur tercatat sebanyak 1.032 titik pada tahun 2014. Jumlah tersebut tentunya akan bertambah karena adanya permukiman baru di sekitar sungai.

“Untuk Kecamatan Wringinanom yang kemarin terjadi musibah, sedikitnya ada sembilan titik,” kata Wachid.

Wachid menjelaskan, tidak semua titik di badan sungai bisa dibangun dermaga. Sebagai contoh di Sungai Bengawan Solo, secara teknis tidak tepat dibangun karena ada perbedaan air pasang dan surut yang sangat besar. Saat pasang air meluap, tapi ketika surut bisa dilalui dengan jalan kaki.

“Secara teknis sulit dicari titik untuk tiang pancang dermaga penyeberangan, harus dilakukan peninjauan terlebih dahulu,“ pungkasnya.(ptr/red)

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.