Viral “Garam dan Madu” Sinyal Pudarnya Sastra dalam Permusikan Indonesia?

Rudy Hartono - 16 April 2025
Viral lagu "Garam dan Madu" garapan Naykilla, Tenxi, dan Jamsil yang rilis 20 Desember 2024 (source youtube @antinrmlmusic)

SR, Surabaya – Musik selalu mengiringi perkembangan zaman. Menurut survei Ruang Peka UNICEF di Indonesia pada 2020, mendengarkan musik dianggap sebagai salah satu aktivitas paling efektif yang dilakukan oleh remaja untuk menurunkan tingkat stres/kecemasan selama periode pandemi atau saat masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Melodi dan lirik adalah komponen penting dalam menciptakan musik. Di era kolonial lagu-lagu cenderung bernuansa orkestra dengan lirik puitis penuh dengan kalimat-kalimat sastra. Menjadikan lirik sebagai alat komunikasi yang menggambarkan suasana hati pendengar, bahkan kritik sosial.

Namun seiring perkembangan zaman semuanya berubah. Melajunya teknologi membuat referensi musik jadi lebih beragam. Masuknya pengaruh musik luar negeri hingga media sosial pun membuat tren musik begeser.

Salah satunya pada fenomena viralnya lagu Garam dan Madu garapan Naykilla, Tenxi, dan Jamsil yang rilis 20 Desember 2024 yang berhasil mendobrak pasar musik Indonesia.

Menggabungkan genre hip-hop dan dangdut (hipdut), Garam dan Madu  menduduki puncak top 50 chart spotify dengan pendengar 72 juta orang, lagu yang viral di tiktok itu langsung menjadi trensetter di dunia musik.

Uniknya, dibanding menguatkan lirik, lagu tersebut justru lebih fokus pada aspek melodi. Dibuat sesuai genre yang disukai anak muda seperti JJ (jedag-jedug) EDM dengan sedikit ketukan gendang sebagai pemanis. Sedangkan lirik dibuat sederhana dengan mencampurkan tiga bahasa yakni Indonesia, Jawa dan Inggris.

Lantas masih pentingkah lirik lagu di era sekarang? Apakah ini tanda kemunduran sastra pada dunia musik?

Opini Penikmat Musik Gen-Z

Atas hal tersebut, superradio.id telah mewawancarai beberapa penikmat musik. Dari keseluruhan dapat diketahui bahwa rata-rata pendengar musik utamanya Gen-Z cenderung lebih memerhatikan melodi dibanding lirik di sebuah lagu.

Salah satunya Salsa (21). Perempuan asal Sidoarjo ini mengaku menyukai lagu Garam dan Madu. Menurutnya lagu tersebut mampu memberi warna baru dan tidak kuno. Walaupun bernuansa dangdut namun lagu itu masih masuk di selera musik anak muda.

“Dengerinnya soalnya vibes nya kayak lagu dangdut, tapi dangutnya enak juga buat joget. Suka irama nya karena terdengar baru sekali,” ujarnya.

Salsa berpendapat saat ini Gen-Z lebih memilih lagu yang iramanya terasa fresh dan tidak terkesan ketinggalan zaman. “Saya setuju seharusya memang lirik lagu itu juga balance sama iramanya, tapi karena (Garam dan Madu –Red) ini iramanya asik banget jadi liriknya ke sekianlah,” sebutnya.

Meski demikian, mahasiswi di salah satu universitas swasta itu mengakui bahwa lirik dalam lagu Garam dan Madu  masih jauh dari bagus jika dibanding lagu-lagu di era klasik. Dia juga menemukan beberapa lagu lain yang juga viral karena melodi bagus,  namun lagi-lagi liriknya vulgar sehingga kurang pantas jika didengar oleh anak kecil. “Saranku, kalau bikin lagu sebaiknya lirik itu jangan terlalu vulgar tapi memilih kata atau memakai  istilah yang lebih bisa diterima semua usia,” harap Salsa.

Bahkan, membandingkan lirik lagu Garam dan Madu dengan lagu dangdut lawas masih jauh lebih bagus. Kata-kata yang digunakan sopan, dengan sastra nya tinggi, sehingga pesan dalam lagu bisa tersampaikan dengan baik.

Sayangnya, jika di era sekarang maka harus mempertimbangkan melodi yang dibuat agar tetap masuk ke pasar pendengar anak muda. “Kalau di-compare sebenarnya masih istimewa dangdut yang dulu, karena liriknya ada pesan khusus dan lebih puitis buat lebih spesial,” jelasnya.

Kalau ditanya selera musik, Salsa saat ini suka mendengarkan lagu dangdut, pop terbaru sama pop lawas. “Tapi lebih asyik lagi jika lagunya diaransemen kayak bosanova gitu. Lagu kayak cinta tak terpisahkan pokoknya lagu campursari yang di bosanova itu bagus banget,”ungkapnya.

Hal serupa disampaikan Prasti Dewi (25), perempuan asal Sidoarjo yang suka mendengarkan berbagai genre musik. Menurutnya fenomena lagu Garam dan Madu memang seru untuk diikuti.

Genre yang fresh ditambah kekuatan media sosial membuat lagu itu cepat viral dan booming dimana-mana. “Unik sih lagunya, cara nyanyinya juga walaupun kurang jelas tapi melodinya asik buat joget,” sebutnya.

Untuk lirik, lanjutnya, memang agak sulit dipahami. Selain menggunakan 3 bahasa, pesan yang di berikan lewat lagu tersebut cenderung ambigu.

“Kalau lirik yang Garam dan Madu emang gimana ya agak kurang tapi melodinya asik juga, genre baru gitu nadanya asik tapi vibes nya beda,” ucap Dewi yang juga bekerja sebagai guru di salah satu sekolah Surabaya itu.

Untuk itu, dibanding lagu Garam dan Madu ia lebih suka lagu-lagu lawas untuk menemani aktivitasnya.

“Menurutku lagu lawas tuh enak-enak apalagi didengerin pas lagi kerja, kayak lagu yang dibawakan Obbie Messakh atau Broery. Kan aku juga kerjanya mengajar jadi biasanya refresh nya dengarkan lagu-lagu gitu, tapi lagu sekarang juga masih ngikutin,” kata Dewi.

Tampilkan Semua

Tags: , , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.