UI Kenalkan Bedak Tabur Kecombrang untuk Kesehatan Warga Badui

Rudy Hartono - 14 September 2024
Tim pengmas UI ketika memberikan penyuluhan penggunaan bedak tabur berbahan dasar kecombrang (Etlingera elatior) untuk mengatasi masalah kulit, di Kampung Kadujangkung, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. (sumber:antara)

SR, Depok – Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) melaksanakan penyuluhan penggunaan bedak tabur berbahan dasar kecombrang (Etlingera elatior) untuk mengatasi masalah kulit, di Kampung Kadujangkung, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Tanaman kecombrang di beberapa daerah bisa dikonsumsi sebagai lalapan atau sambal, namun bagi masyarakat Badui kecombrang dimanfaatkan sebagai bahan alami untuk mandi dan gosok gigi. DImaklumi karena masyarakat badui anti atau melarang penggunaan sabun dari bahan kimia.

Menghadapi fakta ketersediaan tanaman kecombrang, tim Pengmas UI menemukan fakta bahwa bunga kecombrang mengandung bahan antibakteri atau antikuman. Dengan pengetahuan itu, selanjutnya Tim Pengmas UI memperkenalkan penggunaan bedak tabur kecombrang sebagai solusi yang lebih praktis untuk menjaga kesehatan kulit.

“Kecombrang adalah contoh bagaimana kearifan lokal dapat diintegrasikan dengan praktik hidup bersih dan sehat (PHBS),” kata Prof Dr apt Anton Bahtiar  MBiomed, Ketua Pengmas FFUI di Depok, Jumat (13/9/2024)

Lebih jauh Prof Anton mengatakan kegiatan ini diinisiasi berdasarkan data dari Klinik Saung Sehat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak pada 2021. Bahwa tercatat terdapat 238 kasus penyakit kulit, 147 anak mengalami stunting, serta puluhan kasus influenza, infeksi luka terbuka, dan gangguan jiwa.

Sementara itu, akses kesehatan modern yang terbatas puskesmas terdekat berjarak 10 kilometer dan rumah sakit rujukan 30 kilometer dari desa. Karena itu  Prof Anton menekankan pentingnya kolaborasi dalam upaya meningkatkan layanan kesehatan.  “Dengan keterbatasan ini, kami sangat menyadari pentingnya kolaborasi untuk meningkatkan layanan kesehatan di wilayah ini,” ujar Prof Anton.

Ia juga menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan agar manfaat tanaman ini dapat digunakan lebih luas tanpa melanggar tradisi setempat.

Selain penyuluhan, tim juga mengajarkan masyarakat cara membuat bedak tabur dari tanaman kecombrang yang bisa diproduksi secara mandiri. Proses pembuatan dimulai dari pemanenan bunga kecombrang, pengeringan, hingga penghalusan untuk kemudian diolah menjadi bedak siap pakai.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, Tim Pengmas FF UI bekerja sama dengan Bidan Ira dari Dinas Kesehatan setempat serta beberapa mitra, termasuk PT Rohto dan PT Ultrasakti, yang turut menyediakan produk pembersih kulit.

Penyuluhan dilakukan menggunakan poster bergambar untuk memudahkan masyarakat yang mayoritas belum bisa membaca dan menulis memahami informasi kesehatan yang diberikan.

“Semoga langkah ini dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat Badui dalam menjaga kesehatan kulit, sekaligus memperkuat peran tenaga kesehatan dalam mendukung kemandirian masyarakat melalui edukasi yang efektif,” ujar Prof. Anton.

Sadam, warga asli Badui yang juga menjadi pemandu tim Pengmas, menyambut baik kegiatan ini dan berharap program serupa dapat terus berlanjut. “Saya sangat senang dengan kedatangan tim UI ini, mulai dari sosialisasi hingga produk sangat bermanfaat untuk warga setempat, khususnya saya dan keluarga saya,” ujarnya.

Kegiatan pengabdian ini diharapkan mampu memberikan dampak positif jangka panjang bagi kesehatan masyarakat Badui, terutama dalam menjaga kebersihan dan kesehatan kulit di tengah keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan modern. (*/ant/red)

Tags: , , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.