Melestarikan Jajanan Sermier Asal Madiun

Yovie Wicaksono - 2 December 2017
Jajanan Sermier khas Madiun (foto : Superradio/Gayuh Satria)

SR, Madiun – Sermier, jajanan tradisional warisan nenek moyang berbentuk bulat dengan rasa renyah dan gurih seperti kerupuk ini, memang sudah tidak asing lagi di masyarakat Madiun. Seperti Ricky Eta Raharja, penjual Sermier di lokasi Car Free Day Madiun, ingin melestarikan makanan tradisional ini agar tidak kalah dengan makanan impor.

Ricky menuturkan, Sermier ini merupakan resep dari Mbah Tun pada tahun 1983 hingga 2012, kemudian dilanjutkan oleh Bu Eri. Baru tahun 2015, Ricky bersama sang istri menjual Sermier buatan keluarganya ke masyarakat umum, dengan menjualnya di ajang Car Free Day.

Singkong yang digunakan sebagai bahan dasar jajanan ini adalah singkong ketan (ketela pohon). Singkong diperoleh Ricky di wilayah Kabupaten Madiun, dan sangat mudah didapatkan karena merupakan tanaman yang bisa panen di segala musim. Meskipun demikan, terkadang singkong yang didapat bukanlah kualitas terbaik.

“Pernah saya beli singkong sekarung, ternyata hanya atasnya saja yang bagus, didalamnya diselipkan singkong dengan kondisi jelek, sehingga menyulitkan dalam membuat adonan bumbu,” terang Ricky, Sabtu (2/12/2017).

Dalam pembuatan sermier, bapak dua anak ini dibantu oleh istri dan keluarganya, hal pertama yang dilakukan adalah dengan mengupas singkong lalu dicuci hingga bersih, kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bumbu. Setelah itu adonan yang telah siap kemudian dicetak dan dikukus selama 5 menit sebelum nantinya dijemur.

“Jika musim penghujan seperti ini, bisa sampai 3 hari baru kering, padahal kalau kemarau sehari bisa langsung kering dan siap digoreng,” kata Ricky.

Warga Pagotan ini sudah memasarkan Sermiernya ke seluruh karesidenan Madiun, bahkan dirinya pernah kedatangan pembeli dari Jakarta dan Surabaya. Ricky menjual Sermier dalam dua bentuk, yakni yang matang dan mentah. Sermier matang dan siap makan dijual dengan harga Rp. 10 ribu per pack, sedangkan yang mentah dijual Rp. 44 ribu per kilogram. Bahkan setiap minggu, Ricky selalu pergi ke Car Free Day (CFD) untuk menjajakan Sermier buatannya.

“Keluarga kami sejak 1983 secara turun temurun selalu membuat Sermier, karena ingin melestarikan jajanan tradisional agar tidak kalah dengan jajanan modern. Kami ingin mengangkat derajat Sermier sebagai makanan asli Indonesia,” pungkasnya.(gs/red)

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.