Sensasi Kongkow Dikawasan Hutan Pinus Lereng Kaki Gunung Wilis

SR, Kediri – Kedai 66 masih menjadi pilihan favorit bagi anak muda dan keluarga untuk tempat berkumpul. Pesona alam berupa pohon Pinus yang menjulang tinggi serta cuaca sejuk, membuat para pengunjung semakin betah ‘kongkow’ di tempat yang terletak di bawah lereng kaki Gunung Wilis ini.
Kedai 66 yang berlokasi di Dusun Plapar, Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri ini dirintis oleh empat orang mahasiswa yang baru saja lulus di salah satu perguruan tinggi swasta di Kediri sejak tahun 2018 lalu.
Salah satu owner Kedai 66, Ansen Nie Kelias Subangun menjelaskan, ide dipilihnya kawasan hutan Pinus untuk dijadikan kedai karena ia menginginkan suasana baru, dengan konsep alam .
“Idenya cari suasana baru, tempat nongkrong, tempat ngopi yang jarang dan memang dibutuhkan orang-orang, dengan suasana alam, hawanya sejuk, santai, tidak monoton begitu saja,” ujar pemuda berusia 24 tahun ini.
Lebih lanjut, pemuda lulusan Strata-1 jurusan Teknik Sipil ini menceritakan awal mula berdirinya kedai yang ia rintis bersama tiga orang temannya. Dimana ketika itu, ia sama sekali belum memiliki pegawai, semuanya masih dikerjakan sendiri. Seiring berjalannya waktu, lambat laun usaha yang dibangun dengan jerih payah bersama tersebut akhirnya mengalami kemajuan pesat.
“Kalau dulu empat orang, ya tim itu orangnya. Kalau sekarang sudah ada 30 orang lebih, kerja shift pagi-malam. Karyawannya kita optimalkan dari masyarakat sekitar,” katanya.
Cakupan luas hutan Pinus dipetak 156 ini mencapai 5 hektar. Namun yang dipakai untuk area kedai tidak sampai mencapai setengah luas lahan. Ansen menilai, pohon Pinus memiliki bentuk karakter yang berbeda dengan pohon lainnya jika ditinjau dari daunnya lebih terkesan artistik, memiliki ciri keindahan tersendiri.
Lantaran masih dalam area kawasan hutan Pinus, Ansen sengaja membiarkan petani getah untuk bisa masuk ke area kedai, melakukan aktivitas penyadapan. Hal ini dimaksudkan untuk mengedukasi para pengunjung agar tahu seperti apa proses kegiatan penyadapan getah pohon Pinus.
“Memang dari saya tidak apa-apa, karena memang kita memberikan edukasi. Kebanyakan pengunjung yang tidak tahu mesti tanya ke pegawai ini getahnya buat apa, karena itu harus ada edukasinya,” jelasnya.
Selain memberikan edukasi proses penyadapan getah, Kedai 66 juga mengizinkan para pengunjung untuk menggali informasi tentang tanaman sayuran hidroponik, yang saat ini sedang dikembangkan di area hutan Pinus. Jenis tanaman hidroponik yang ditanam diantaranya jenis lada, kangkung dan sawi. Ketika panen, pengunjung juga bisa memetik secara langsung yang kemudian dimasak ditempat.
“Ini kemarin uji coba tanaman hidroponik, sudah sekali panen,” pungkas Ansen.
Pengunjung yang datang ke Kedai 66 tidak hanya berasal dari Kediri saja, melainkan juga dari daeran lain di Jawa Timur seperti Surabaya, Blitar, Tulungagung dan Nganjuk. Kebanyakan para pengunjung ini mendapatkan informasi keberadaan Kedai 66 dari media sosial.
Terkait eksistensi Kedai 66 selama 2 tahun ini, Ansen mengatakan, hal tersebut dikarenakan pihaknya selalu berimprovisasi untuk mengembangkan usaha ini. Bahkan rencananya pada 2021 mendatang, pihaknya akan mengembangkan agrowisata, camping ground, serta jelajah alam.
“Strategi kita harus ada pengembangan, seperti apa yang dibutuhkan dan disukai oleh konsumen. Kita harus ada inovasi baru, kita beri kesan yang tidak terlupakan. Itu yang dibutuhkan constumer, kalau hanya wisata yang mengandalkan spot foto hanya selfie terlalu standar dan musiman,” tandasnya.
Sementara itu untuk menu makanan dan minuman, Kedai 66 menawarkan perpaduan menu tradisional dan modern dengan harga terjangkau. Adapun menu makanan tradisional ala pedesaan antara lain nasi jagung dan krupuk pecel. Kemudian untuk minuman, ada es beras kencur serta es sinom dan menu modern lainnya.
“Disini harga paling murah Rp 6 ribu – Rp 10 ribu, kalau makanan rata-rata Rp 10 ribu – Rp 15 ribu. Untuk makanan tidak ada harga lebih dari Rp 15 ribu. Murah,” ujar Ansen.
Kedai 66 ini buka mulai 06.00 – 22.00 WIB. Setiap harinya jumlah pengunjung yang datang mencapai antara 200 hingga 300 orang , mereka datang silih berganti.
Lantaran masih dalam masa pandemi, pihak pengelola menerapkan protokol kesehatan. Bagi pengunjung diwajibkan untuk memakai masker. Sebelum masuk ke dalam kedai, konsumen diwajibkan untuk cuci tangan pakai sabun pada tempat yang telah disediakan. Tidak hanya itu, pengunjung juga dicek suhu badannya.
“Untuk tempat duduk, juga kita beri tanda agar konsumen menjaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan cek suhu badan. Semuanya sesuai standar penerapan protokol kesehatan,” tandasnya. (rh/red)
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.