Pahami Batasan Agar Tak Jadi Penggemar Fanatik

SR, Surabaya – Psikolog klinis dewasa, Mega Tala Harimukthi menyarankan para penggemar artis untuk mempunyai batasan dalam menyukai idolanya agar tidak menjadi fanatik.
Pakar menilai, fanatisme adalah berbahaya. Penggemar fanatik merujuk pada seseorang yang memiliki pemahaman berlebihan, kegemaran, kesukaan berlebihan terhadap sesuatu. Tidak hanya remaja, orang dewasa pun bisa menjadi penggemar fanatik.
“Ketika memang dia menyukai sesuatu kemudian itu sangat terinternalisasi ke dalam dirinya. Jadi, nggak sekedar suka, tetapi, merasa bahwa idolanya perlu diikuti bahkan sadar tidak sadar dia meniru semua tentang idolanya,” kata Mega.
Oleh karena itu, batasan menjadi penting sebagai tembok agar individu tetap melakukan aktivitas seperti seharusnya tanpa terganggu kegiatan yang berhubungan dengan idolanya.
“‘Oh dia idola yang memang semua orang menggemarinya juga, aku suka filmnya, suka musiknya’, sudah. Nggak perlu mengikuti semua gayanya. Kita seorang individu biasa yang juga punya aktivitas secara realita, mungkin sekolah, kuliah, bekerja atau bahkan menjadi seorang ibu. Jangan sampai lagi mengasuh anak kita nggak ngeliatin anak, sibuk kepoin idola kita lagi ngapain atau nonton terus. Itu kan nggak bagus,” kata Mega.
Menurut psikolog klinis dewasa yang tergabung dalam Ikatan Psikolog Klinis wilayah Banten itu, mengidolakan artis tertentu masih dikatakan wajar apabila masih bisa membedakan mana yang kenyataan dan sekadar kesenangan. Misalnya mengetahui lagunya atau menonton film yang dibintanginya tanpa harus mengganggu aktivitas harian.
“Tetapi menjadi tidak wajar, kalau misal idolanya potong rambut, dia ikutan potong rambut. Idolanya beli barang tertentu dia ikutan beli. Jadi dia berusaha untuk menyamai si idolanya, itu sudah tidak wajar,” kata Mega.
Untuk menghindarkan diri menjadi fanatik terhadap idola, seseorang dapat melakukan kegiatan yang produktif dan berolahraga. Dengan olahraga, sambung Mega, bisa membantu mengeluarkan hormon bahagia sekaligus membuat pikiran menjadi lebih positif.
“Jadi, kita nggak melulu memikirkan idola kita. Kita jadi lebih tahu batasan realitas kapan, sih, waktunya kita menunjukkan ini batasan saya, bukan kehidupan dia,” tutur Mega.
Mega menambahkan, sikap fanatik berlebihan bisa merugikan individu karena waktu yang bisa digunakan untuk hal-hal yang produktif akhirnya terbuang begitu saja akibat terus menerus mengikuti kegiatan sang idola. (*/vi/red)
Tags: Cara Agar Tak Jadi Penggemar Fanatik, Fanatisme, psikologi
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.