Ogoh-ogoh Naga dan Hanuman Meriahkan Sedekah Bumi Warga Sumur Welut

Rudy Hartono - 8 October 2025
Ogoh-ogoh Hanoman, salah satu karya ogoh ogoh yang dibuat oleh pemuda karang taruna RW 2 Kelurahan Sumur Welut, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya, saat pawai budaya, Minggu (5/10/2025)   (foto: nala aura/superradio.id)

SR, Surabaya –  Tradisi sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa terus dilestarikan dan dilaksanakan warga RW 02 Kelurahan Sumur Welut, Kecamatan Lakarsantri.

Minggu (5/10/2025) pagi itu, warga RW 02 yang meliputi enam RT tumpah ruah mengikuti pawai budaya yang mengambil titik start dari kawasan Wisata Rakyat menuju punden Sumur Panguripan. Punden itu salah satu tempat sakral Surabaya yang hingga kini sering dikunjungi orang. Sumur kuno yang ditandai adanya situs cagar budaya itu diperkirakan ada sejak tahun 1382 era zaman Majapahit dan sumber airnya tidak pernah kering hingga kini.

Gunungan sedekah bumi terdiri atas sayuran dan  buah-buahan yang diusung warga secara bergantian menuju Punden Sumur Panguripan di Kelurahan Sumur Welut, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya, Minggu (5/10/2025)   (foto: nala aura/superradio.id)

Dalam pawai budaya, masing-masing RT  berusaha tampil menarik dan atraktif. Ada peserta mengenakan pakaian adat dan kostum jaranan sesuai tema yang diusung. Mereka juga semangat performance ‘joget ria’ diiringi sound horeg menambah keriuhan suasana pawai budaya RW 02.

Peserta pawai yang mendapat perhatian penonton hadirnya ogoh-ogoh yang cukup tinggi sekitar  2 – 3 meter. Ada ogoh-ogoh hanoman, tikus, naga, hingga dewi-dewi.  “Ogoh-ogoh yang ditampilkan saat pawai itu semua karya kreatif anak-anak muda RW 02. Kami senang  generasi muda antusias ikut melestarikan tradisi warisan leluhur,” ungkap Yasin, ketua RW 02 kepada Super Radio di sela acara pawai budaya.

Warga RW 02 Kelurahan Sumur Welut makan bersama di area Punden Sumur Panguripan sebagai wujud kebersamaan dan rasa syukur,  Minggu (5/10/2025)  (foto: nala aura/superradio.id)

Setibanya di punden, acara dibuka dengan tari Remo, tarian khas Jawa Timur yang diiringi alunan gamelan. Usai penampilan, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, doa bersama, dan prosesi berebut gunungan hasil bumi. Warga pun kemudian menikmati makan bersama di area punden sebagai wujud kebersamaan dan rasa syukur.

Lebih jauh Yasin mengatakan kegiatan sedekah bumi ini merupakan hasil kesepakatan dari rapat antar ketua RT yang pelaksanaannya mendapat dukungan Pemkot Surabaya dan juga dana CSR (corporate social responsibility) perusahaan swasta di lingkungan Sumur Welut. Karena itu, penyelenggaraan pawai dan sedekah bumi 2025 tidak lagi menarik iuran warga.

Punden Sumur Panguripan, situs cagar budaya berada di RW 02 Kelurahan Sumur Welut, Kec Lakarsantri Surabaya. (superradio dok)

“Kalau dulu tanggal pelaksanaan sedekah bumi ditentukan lewat hitungan Jawa, seperti bulan ruwah atau syawal . Sekarang menyesuaikan dari pemerintah supaya pawai budaya lebih lebih semarak, warga tambah guyub dan mengurangi beban biaya pelaksanaan,” terang Yasin.

Acara puncak sedekah bumi RW 02 S umur Welut akan ditutup pagelaran wayang kulit. “Tahun-tahun sebelumnya penutupan acara puncak diisi kesenian ludruk. Tapi tahun ini warga sepakat untuk bergantian menghadirkan wayang sebagai tontonan utama,” pungkas Yasin. (mg2/red)

Tags: , , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.