Sedekah Bumi Medokan Semampir Tradisi Mendoakan “Mbah Putri Ayu”

Rudy Hartono - 2 September 2024
Sejumlah warga mengirim doa di punden Kelurahan Medokan Semapir berupa makam leluhur Mbah Putri Ayu berada di hamparan tanah kosong di RW8, Kelurahan Medokan Semampir, Sabtu (31/8/2024). (foto:rudy hartono/superradio.red)

SR, Surabaya – Gebyar sedekah bumi hingga karnaval berlangsung meriah di kawasan Medokan Semampir, Surabaya Minggu (1/9/2024).

Bertemakan “Nguri-uri Budaya Bangsa” acara yang baru pertama kali digelar serentak dengan HUT Kemerdekaan RI tersebut tampak diikuti ribuan peserta dari 60 RT.

Ketua LPMK Medokan Semampir, Dodik Eko Setiawan mengatakan, total sekira 1000 warga hadir memeriahkan rangkaian kegiatan. Mulai dari pertunjukan seni jaranan, tari remo, tari gandrung, lomba tumpeng, hingga kirab budaya dengan gunungan hasil bumi yang diarak sejauh 2 kilometer.

Dodik menyebut, tujuan acara guna mendoakan sesepuh desa sekaligus wujud syukur dan doa agar warga Medokan Semampir selalu diberkahi kesehatan dan kebahagiaan.

“Ini gabungan event 17 Agustusan kami gabung sedekah bumi dan doa lintas agama. Sedekah buminya kepada sesepuh dengan doa semoga tuhan memberi kesehatan dan keberkahan ke warga,” ucapnya saat ditemui usah sedekah bumi di Kelurahan Medokan Semampir.

Ia pun menjelaskan, sedekah bumi adalah agenda rutin yang mereka lakukan tiap tahun, tepatnya pada 1 Suro untuk merawat budaya dan mengingat jasa-jasa tokoh terdahulu.

Tokoh tersebut bernama Mbah Putri Ayu, leluhur penjaga Medokan Semampir yang berjasa membabat alas wilayah tersebut.

“Sebetulnya tanggal 1 suro tapi karena belum bisa diadakan jadi kami lakukan tanggal 1 september 2024,” sebutnya.

Dodik bercerita, dulunya Medokan Semampir merupakan rawa yang dipenuhi pepohonan rimbun. Tahun demi tahun berganti dan muncullah sosok Mbah Putri yang membabat alas hingga Medokan Semampir menjadi seperti sekarang.

“Sesepuhnya itu namanya Mbah Putri, dia yang babat alas. Rata-rata dulu warga tinggalnya di Medokan Asri karena medokan semampir dulu masih rawa-rawa hutan,” tuturnya.

Untuk itu, demi menghargai jasa-jasanya, digelar sedekah bumi yang sekaligus pengingat dan menjaga budaya untuk generasi muda.

“Nguri-uri budaya bangsa supaya generasi muda kita tidak larut pada budaya luar. Kalau bukan kita siapa lagi, kami juga terima kasih pada semua elemen yang ikut serta,” pungkasnya. (hk/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.