Kenali Kesenian Khas Surabaya

SR, Surabaya – Kota Surabaya yang dikenal sebagai Kota Pahlawan memiliki banyak seni budaya khas yang masih dilestarikan dan bisa ditemui di sejumlah pertunjukan seni.
Berikut kesenian khas Kota Surabaya yang berhasil Super Radio himpun dari berbagai sumber :
1. Ludruk
Bicara kesenian Surabaya, tak lengkap jika tidak membahas ludruk. Meskipun bukan kesenian asli Surabaya, namun ludruk tidak bisa dilepaskan dari Surabaya.
Ludruk merupakan seni panggung yang di dalamnya berisi guyonan khas Surabaya. Ludruk disampaikan dengan bahasa sehari-hari atau bahasa Suroboyoan. Biasanya, ludruk mengangkat tema yang ringan. Tokoh ludruk yang masih melegenda hingga kini yakni Cak Kartolo.
Pada zamannya, ludruk menjadi kesenian yang sangat merakyat dan bisa diterima semua kalangan. Meski begitu kesenian ini masih dipertontonkan di sejumlah acara budaya.
2. Gending Jula-Juli Suroboyo
Jula-Juli adalah sebuah syair yang dilagukan saat pertunjukan ludruk dimulai, biasanya diiringi dengan musik gamelan khas ludruk. Isi syairnya berupa guyonan atau candaan dengan bahasa Khas Suroboyoan yang mengundang gelak tawa penonton.
3. Tari Remo
Tari Remo merupakan tari khas Jawa Timur. Namun, tarian ini juga cukup dikenal di Kota Surabaya. Karena Tari Remo sering dijadikan tarian pembuka pada pertunjukan ludruk.
Hingga kini, tari Remo juga masih sering dijadikan sebuah pembuka event skala besar di Surabaya.
4. Tari Lenggang Surabaya
Tari Lenggang merupakan salah satu tarian selamat datang dari Surabaya. Tarian ini dimainkan beberapa penari wanita dengan gerakan yang indah dan anggun.
Menurut sejarahnya, Tari Lenggang diciptakan Dimas Pramuka Admaji pada 1995. Saat itu, dia diminta menciptakan tarian penyambutan untuk memeriahkan hari jadi Surabaya. Tari Lenggang Surabaya merupakan adaptasi pengembangan dari kesenian sebelumnya yakni Tari Tanda’an atau Ledek Tayub dan Sandur Madura.
5. Tari Hadrah Jidor
Tari Hadrah Jidor merupakan pengembangan kesenian musik hadrah yang kental dengan nuansa Islam, khususnya Timur Tengah dan Jawa.
Awalnya, tarian ini hanya gerakan-gerakan dinamis para pemukul rebana atau terbang secara bebas sesuai kemauan penabuhnya. Namun pada 1990-an, beberapa koreografer penata tari di Surabaya, Gresik, Sidoarjo menyelaraskan gerakan penerbang dalam suatu gerakan yang teratur dan rapi, sehingga terbentuk tarian dan dilakukan secara tersendiri oleh penari dan diiringi musik terbang dan jidor.
Musik hadrah juga digunakan untuk pengiring prosesi upacara pernikahan maupun adat/ritual lainnya, yang merupakan manifestasi ucapan rasa syukur pemilik hajatan. (*/vi/red)
Tags: Kesenian Khas Surabaya, Ludruk, remo
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.