Anak Muda Perkotaan Gandrung Sosok Gayatri dalam “Rebellion in Wilwatikta”

Yovie Wicaksono - 22 June 2025
Pementasan drama tari modern berjudul Urban Youth: Rebellion in Wiwatikta di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur di Surabaya, Jum'at, (20/6/2025). (foto:rri)

SR, Surabaya – Pementasan drama tari Urban Youth: Rebellion in Wilwatikta menggambarkan kisah Dyah Gayatri, tokoh penting di balik penyelamatan Kerajaan Majapahit dari kudeta Ra Kuti.

Meski telah menjadi bhiksuni, Gayatri turun tangan setelah Raja Jayanegara mangkat, dan sukses mempertahankan kerajaan dengan mengangkat Tribhuwana Tunggadewi sebagai raja, usai pemberontakan dipadamkan.

Urban Youth: Rebellion in Wilwatikta merupakan eksploitasi artistik yang memadukan sejarah lokal dengan pendekakatan seni pertunjukan modern yang dibentuk dari lintas disiplin seni. Panggung menjadi ruang waktu. Tubuh menjadi aksara sejarah. Cahaya dan suara menjadi jembatan antara memori kolektif dan intepretasi kreatif.

Pertunjukan ini digelar di Gedung Cak Durasim, Surabaya, Jumat malam (20/6/2025), melibatkan 67 pemain muda dari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Dengan perpaduan seni modern dan unsur tradisi, pertunjukan memvisualisasikan sejarah melalui gerak, cahaya, dan suara, tanpa meninggalkan akar budaya.

Art Director pementasan tersebut, Abing Santoso, mengatakan cerita yang diangkat berangkat dari gagasan bahwa saat ini mulai timbul kecenderungan bahwa generasi Milenial menuju generasi Alpha kurang diarahkan oleh sosok seorang ibu.

“Padahal di masa lalu kita punya perempuan hebat, pengatur strategi yang jitu, yakni Gayatri,” kata Abing.

Seniman bawakan salah satu adegan dalam sendratari “Rebellion in Wilwatikta” atraksi seni tradisi dipadukan unsur modern permainan cahaya dan suara, di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur di Surabaya, Jum’at, (20/6/2025). (foto:antara)

Agar pesan tersebut sampai ke anak-anak muda perkotaan, ujar Abing, cerita sejarah itu sengaja dikemas kekinian melalui entertain yang menarik namun tetap tidak mengurangi pilar-pilar tradisi yang terkandung di dalamnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Jatim, Evy Avianasari, berharap pertunjukan ini membangkitkan kesadaran generasi muda terhadap kekayaan sejarah daerah. “Sejarah tidak hanya untuk dikenang, tapi harus dihidupkan kembali dalam bahasa zaman sekarang,” ujarnya.

Menurut dia sejarah tak hanya dikenang, tetapi mesti dihidupkan kembali dalam bahasa yang dimengerti oleh anak-anak di eranya. Generasi muda Jawa Timur berusaha menelusuri jejak sejarah keagungan Majapahit yang berliku. Dengan mendalami kisah lokal, para seniman muda itu merangkai ulang cerita lama menjadi pengalaman estetika yang baru. (*/rri/red)

 

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.