Bulan Bung Karno, Ini Kegiatan PDI Perjuangan Jatim

Yovie Wicaksono - 7 June 2020
Poster Lomba Pidato Bergaya Bung Karno dengan tema Gotong Royong Melawan Covid-19. Foto : (Istimewa)

SR, Surabaya – Badan Kebudayaan Nasional (BKN) DPD PDI Perjuangan Jatim akan menggelar berbagai kegiatan kreatif dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno.

Bagi PDI Perjuangan sendiri, sejak 2010, Juni diperingati sebagai Bulan Bung Karno karena pada bulan inilah Pancasila lahir, yakni pada 1 Juni, kemudian kelahiran Bung Karno pada 6 Juni 1901, dan wafatnya Bung Karno pada 21 Juni 1970.

Wakil Ketua Bidang Komunitas Seni Budaya DPD PDI Perjuangan Jatim, Ony Setiawan mengatakan, pihaknya menggelar tiga kegiatan, pertama adalah Lomba Pidato Bergaya Bung Karno dengan tema Gotong Royong Melawan Covid-19 yang dimulai pada 6 Juni hingga 21 Juni 2020, dengan cara mengunggah video pidato peserta melalui media sosial Instagram.

“Kenapa bergaya Bung Karno, karena beliau adalah orator ulung. Jadi kawan-kawan muda bisa belajar dari Bung Karno,” ujar Ony.

Kedua, diakhir Juni pihaknya akan menggelar Ngobrol Bareng Keluarga Bung Karno, dengan menghadirkan Guntur Soekarnoputra, putra pertama Sukarno dan Fatmawati. Dalam acara yang digelar secara virtual tersebut, nantinya juga akan dilakukan penyerahan hadiah kepada pemenang Lomba Pidato Bergaya Bung Karno.

“Ketiga, selama bulan Juni ini kawan-kawan sinematografi dan seniman yang lain juga melakukan pembuatan film pendek tentang napak tilas atau sejarah Bung Karno mulai kecil lahir di Surabaya, sekolah, sampai dengan pergerakannya. Dimana di akhir bulan nanti akan kita tayangkan dan kita unggah di Youtube,” kata Ony.

Sebelumnya, dalam rangka peringatan kelahiran Bung Karno pada 6 Juni, pihaknya juga menggelar slametan atau berdoa bersama secara terbatas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan di Aula Kantor DPD PDI Perjuangan Jatim pada Sabtu (6/6/2020), agar masyarakat secara umum tidak tertular dari virus corona dan kegiatan yang akan dilakukan BKN DPD PDI Perjuangan Jatim juga diberikan kelancaran.

Terkait memaknai Bulan Bung Karno sendiri, Ony mengatakan terdapat dua hal penting didalamnya. “Jika ingin memaknai Bulan Bung Karno, maka memaknai tentang sosok Bung Karno itu sendiri. Siapa Bung Karno dan apa yang dilakukan. Kemudian pemikiran-pemikiran Bung Karno, seperti tentang Pancasila maupun Trisakti,” ujarnya.

Ony mengatakan, inti dari Pancasila adalah gotong royong. Dimana pada waktu itu konteks gotong royong adalah melawan penjajah, seluruh kekuatan, bekerjasama, bergotong royong untuk melawan penjajah.

“Kemudian saat ini, makna tentang gotong royong sendiri bisa dalam konteks yang lain, semacam menanggulangi virus corona (Covid-19). Covid ini jika pemerintah saja yang melakukan pencegahan dan penanggulangan pasti tidak mampu, tetap membutuhkan keterlibatan masyarakat,” katanya.

Ony menambahkan, seharusnya kemajuan teknologi tidak menjadi penyebab terkikisnya gotong royong di era saat ini. Karena baginya, teknologi tersebut adalah sebagai alat yang mempermudah masyarakat untuk bergotong royong. Namun yang terpenting adalah bagaimana menjaga spirit atau semangat gotong royongnya.

“Meskipun tanpa alat maupun dengan alat, tapi kalau spirit gotong royongnya tidak punya, tidak dibangun oleh generasi penerus bangsa ini, maka semakin hari spirit gotong royongnya hilang. Teknologi adalah alat, tinggal bagaimana kita memaknai atau menyikapi kemajuan teknologi ini. Memang ada tantangan yang membuat kita lebih individualis, tapi saya pikir yang dimaksud dengan gotong royong adalah spiritnya,” tandasnya.

Selain pemikiran Bung Karno tentang Pancasila, Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan harus terus digelorakan dan diwujudkan oleh generasi penerus bangsa.

Terkait dengan berkepribadian dalam bidang kebudayaan, Ony mengatakan, hal tersebut menekankan akan pentingnya memiliki kepribadian atau karakter, watak, maupun perilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur Indonesia.

“Berbicara terkait kebudayaan, yang paling sederhana adalah perilaku. Berkepribadian itu ciri, watak, karakteristik dalam aktivitas kebudayaan itu nampak. Misalnya di tengah pandemi ini, kalau memberitahu orang untuk mematuhi protokol kesehatan itu caranya yang santun. Itu berkepribadian. Itu yang paling gampang untuk dilihat. Budaya kita juga mengajarkan, kita tidak boleh egois,” ujarnya.

Tak dipungkiri, adanya virus corona ini mengubah budaya masyarakat yang biasa berkumpul bersama menjadi terbatasi, karena harus tetap berada di rumah dan jaga jarak untuk mencegah penyebaran virus corona.

“Pada masa sekarang ini, konteksnya yang dalam rangka memutus mata rantai penyebaran covid maka kita harus jaga jarak, tetap berada dirumah. Ini berbeda dengan spirit budaya kita yang selalu komunal. Lalu bagaimana menyikapinya. Kita ini boleh bertemu tapi harus jaga jarak, menggunakan masker, dan tentunya untuk hal-hal yang penting. Saya pikir budaya kita tetap bisa berjalan dengan baik, tinggal bagaimana kita menyikapi itu,” tandasnya. (fos/red)

Tags: , , , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.