Upacara Bedhol Pusaka di Ponorogo

Yovie Wicaksono - 18 July 2023

SR, Ponorogo – Pemkab Ponorogo kembali melakukan kegiatan tradisi Bedol Pusaka pada Selasa (18/7/2023) dini hari, yang merupakan salah satu rangkaian acara dari Grebek Suro Kabupaten Ponorogo.

Acara tradisi Bedol Pusaka ini rutin dilakukan setiap satu tahun sekali oleh Pemkab Ponorogo dalam rangka menyambut malam 1 Sura atau 1 Muharram.

Tradisi Bedol Pusaka diawali dengan prosesi pengarakan tiga pusaka Kabupaten Ponorogo yang terdiri Tombak Kyai Tunggul Naga, Angkin Cinde Puspita, dan Payung Kyai Tunggul Wulung dari Pringgitan (rumah dinas Bupati Ponorogo) ke area makam Batoro Katong.

Suasana hening dan khidmat mengiringi keberangkatan ketiga pusaka Kabupaten Ponorogo yang dikawal oleh ratusan bergada (pasukan). Tanpa alas kaki, mereka berjalan sejauh lima kilometer menuju Desa Setono, Kecamatan Jenangan.

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko memaknai tiga pusaka Kabupaten Ponorogo sebagai simbol jati diri seorang pemimpin. Tombak Kyai Tunggul Naga bermakna jika menjadi seorang pemimpin harus berpikiran tajam, berada paling depan dan berani mengambil kebijakan yang memihak masyarakat. ‘’Tiga pusaka ini mengandung spirit yang luar biasa, jangan dimaknai secara harfiah sebagai senjata,’’ katanya.

Makna keberadaan Payung Kyai Tunggul Wulung adalah mengayomi sesama dan berbicara secara teduh sehingga lisannya tidak menyakiti perasaan orang lain. Sedangkan Angkin Cinde Puspito yang berbentuk kemben itu bermakna  menutupi aurat dan aib, serta mengikat perut sedikit kencang karena tidak mengumbar hawa nafsu dengan hidup sederhana.

‘’Pemimpin harus mampu menggapai tiga makna itu, maka Ponorogo akan sukses dan hebat,” jelas Kang Bupati.

Sementara itu, Sunarso,  anggota Pakasa Gebang Tinatar Ponorogo mengatakan, bedhol pusaka menjadi bagian lintasan sejarah yang menggambarkan perpindahan pusat pemerintahaan  dari Kota Wetan ke Kota Tengah. Para bergada juga mewakili lima kabupaten yang wilayahnya disatukan oleh Kanjeng Raden Mas Aryo (KRMA) Mertonegoro pada tahun 1837. ‘’Lima kabupaten itu adalah Kabupaten Ponorogo Kota Wetan, Gadingrejo, Polorejo, Pedanten, dan Sumoroto,’’ ungkap Sunarso.

Bersamaan prosesi bedhol pusaka, penerangan jalan umum (PJU) di sepanjang rute sengaja dipadamkan. Para bergada hanya berpenerangan obor saat berangkat dari Pringgitan ke Jalan Alun-Alun Timur, melawan arus Jalan Jenderal Sudirman dan HOS Tjokroaminoto, menyusuri Jalan Ahmad Dahlan, Jalan Batoro Katong, hingga berakhir di area makam Batoro Katong.

Jalan menuju area makam Batoro Katong juga hanya diterangi lilin ketika para pengiring tiga pusaka datang. Suasana bertambah khidmat dan hening. Ada upacara lung tinampen (serah terima) pusaka dari pemimpin bergada kepada sesepuh juru kunci. (*/red)

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.