Mengenang Sosok Paus Fransiskus Sang Pembawa Kedamaian Dunia

SR, Surabaya – Selasa (24/4/2025) malam, Gereja Hati Kudus Yesus Katedral Surabaya tak hanya menjadi tempat ibadah umat Katolik, melainkan rumah bagi perjumpaan lintas iman dalam satu momen sarat duka dan penghormatan, mengenang dan mendoakan kepergian Paus Fransiskus.
Tepat pukul 18.00 WIB, Misa Oktaf Paskah digelar dengan intensi khusus untuk Bapak Paus Fransiskus. Ratusan umat Katolik memenuhi bangku-bangku gereja. Misa dipimpin langsung oleh Uskup Surabaya, Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo. Namun yang membuat malam itu istimewa adalah kehadiran para tokoh lintas agama, Buddha, Hindu, Islam, Kristen dan Penghayat Kepercayaan yang turut hadir dalam suasana duka dan persaudaraan.
Usai misa, gereja tak lekas sepi. Di aula depan Gua Maria, para tokoh lintas iman berkumpul membentuk lingkaran di hadapan potret besar Paus Fransiskus. Masing-masing memegang lilin, simbol penerangan dan harapan. Dengan khidmat, mereka saling menyulutkan api dari lilin satu ke lilin lain. Sebuah aksi simbolik yang sederhana, nyala kasih tak akan padam selama terus dibagikan.
Mewakili agama Kristen, Rita Wahyu Wulandari, menyampaikan refleksinya atas sosok Paus Fransiskus. “Paus Fransiskus sungguh mewujudkan semangat Konsili Vatikan II. Sehingga mereka menjadi satu. Dan ini kesatuan yang kita rindukan setelah kekristenan terpecah dengan sebegitu banyak. Dan sosok dari Paus Fransis adalah sangat merangkul baik sesama Kristen dengan berbagai denominansi maupun dari kalangan agama berbeda,” jelas perempuan yang berprofesi sebagai dosen filsafat ibrani itu.

Dari komunitas Islam, Sumriyah, menekankan betapa Paus Fransiskus merupakan sosok yang senafas dengan nilai-nilai pluralisme dan keadilan sosial yang diperjuangkan Gus Dur.
“Beliau pernah berkata gereja boleh dijual untuk orang miskin. Itu bukan sekadar retorika, tapi sebuah keberpihakan bagi rakyat. Kami merasa kepergian beliau adalah kehilangan besar bagi perjuangan kemanusiaan global,” kata perempuan berjilbab yang merupakan koordinator gerakan GUSDURian Surabaya tersebut.
Bagaimana pun, lanjut Sumriyah, Paus Fransiskus memberi dampak bagi Indonesia baik secara kemanusiaan, lingkungan maupun keadilan sosial.
Kemudian, satu per satu, para tokoh agama memanjatkan doa dengan cara mereka masing-masing. Dari mantra Buddhis, Islam, Kristen, hingga doa Penghayat Kepercayaan, semua terangkai indah. Suasana khidmat terasa. Umat yang hadir pun turut tenggelam dalam tiap doa yang terpanjat.
Perwakilan Penghayat Kepercayaan, Ki Sudiro, pun memandang sosok Paus Fransiskus sebagai tokoh yang sangat luar biasa, beliau adalah tokoh perdamaian dunia . “Kalau orang Jawa bilang, Paus Fransiskus ini bisa mamayu hayuning bawono, membawa keselamatan, kedamaian dan ketenteraman bagi dunia. Harapan kami, Paus pengganti kelak tetap melanjutkan nilai-nilai luhur ini,” ujar Ki Sudiro yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Surabaya.
Setelah doa selesai, seluruh tokoh lintas iman meletakkan lilin di depan potret Paus dan memberikan setangkai mawar putih sebagai tanda duka, cinta, dan penghormatan terakhir.
Uskup Didik menutup malam itu dengan ucapan terima kasih. “Atensi dari teman lintas iman bukan hanya sekadar ucapan bela sungkawa tapi ungkapan menunjukkan sebuah apresiasi atas kepemimpinan Paus Fransiskus. Sebagai teladan yang progresif dan mengarah ke depan berjuang bagi yang lemah dan tersingkirkan tetapi juga tokoh spiritual yang teduh,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Uskup Didik, prestasi hidup Paus Fransiskus adalah meneladankan perjumpaan dan persaudaraan. Sejauh mana kita mencintai kemanusiaan. Seumur hidupnya mencoba mempromosikan sikap cinta yang mana itu radikal sekali dalam teologi.
“Paus Fransiskus adalah kebanggaan setiap orang yang memperjuangkan kemanusiaan kedamaian. Terima kasih kehadiran teman-teman. Ini adalah sebuah perjumpaan persaudaraan,” pungkasnya.
Pada malam ini, tak ada seorangpun yang saling curiga atau menjatuhkan, yang mereka lakukan hanyalah mendoakan, mengenang dan menghormati seorang tokoh besar. Sosok Paus Fransiskus, layaknya lilin di tangan mereka, telah menyala terang dalam dunia yang gelap, kemudian perlahan padam dengan damai. (nio/red)
Tags: doa bersama, katedral, Lintas Iman, paus fransiskus, superradio.id, surabaya
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.