Sungai Kandangan, Dari Endemik Malaria Menjadi Obyek Wisata Mancing

Yovie Wicaksono - 25 August 2017
Ratusan masyarakat Banyuwangi menggelar lomba mancing di sungai Kandangan, Grand Watu Dodol (foto : Superradio/Fransiscus Wawan)

SR, Banyuwangi – Pantai Grand Watudodol (GWD) tidak hanya menyuguhkan keindahan panorama terumbu karang serta biota lautnya, namun juga keindahan sungai yang menjadi satu kesatuan. Sungai Kandangan yang berada dalam area GWD ternyata diminati para pemancing, dimana puluhan pemancing mencoba peruntungan untuk membawa pulang ikan air tawar yang mendiami sungai yang bermuara di GWD.

Itulah yang dilakukan warga dengan melakukan lomba mancing memeriahkan HUT ke 72 Kemerdekaan Indonesia. Para peserta lomba mancing juga bukan dari golongan profesional, tapi dari masyarakat biasa, mulai ibu-ibu Bhayangkari Polsek Wongsorejo, PKK dan staf kecamatan di wilayah Banyuwangi paling utara.

Camat Wongsorejo, Sulistyowati, juga terdaftar sebagai peserta lomba. Camat wanita ini terlihat lincah melempar kail ke sungai, yang jika diukur dari jalan raya Ketapang-Situbondo hanya sepanjang kurang lebih 300 meter dari muara. Kail yang dia lempar bahkan sukses mengangkat satu ekor ikan nila, yang kebanyakan mendiami Sungai Kandangan.

Pada Tahun 2011 silam, sungai yang sekarang dalam pengawasan Gerakan Bangsring Pembasmi Malaria (Gerbang Basmala) masuk dalam kawasan endemik malaria. Tercatat 11 warga Dusun Paras Putih, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, menjadi korban penyakit mematikan ini. Kejadian itu pula yang membuat warga setempat menjauhi Sungai Kandangan.

“Di Kecamatan Wongsorejo ada empat titik rawan endemik malaria. Selain Sungai Kandangan, di Sungai Remet-Sungai SAA dan Sungai Kampe, masuk wilayah wasdapa Malaria. Namun sejauh ini tidak ada warga yang menjadi korban sehingga meninggal dunia,” ungkap Sulistyowati.

Kasus malaria yang merenggut belasan nyawa warga Desa Bangsring sampai menyebar ke tingkat internasional. Kabar buruk ini bahkan didengar oleh WHO sehingga tim dari Kementerian Kesehatan turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan. Kasus malaria di Desa Bangsring ini bahkan ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Puskesmas Wongsorejo.

Kini, setelah enam tahun berselang, Sungai Kandangan telah berubah wajah. Sejak pantai yang dulu dikenal dengan sebutan Klopoan dan berubah nama menjadi Grand Watu Dodol, warga mulai berani mendekat.

“Alasan lomba mancing tingkat kecamatan digelar di Sungai Kandangan, untuk menunjukkan kepada masyakarat bahwa Sungai Kandangan bukan endemik malaria lagi. Sungai yang dulu ditakuti kini telah berubah menjadi obyek wisata bernama GWD,” ulas Camat Wongsorejo.

Abdul Azis merupakan sosok dibalik kesuksesan perombakkan Sungai Kandangan. Dia merupakan ketua Gerbang Basmala, yang fokus menggerakkan masyakarat di daerahnya untuk membasmi malaria. Upaya kesehatan yang dilakukannya tidak mudah, karena penentangan dari segelintir warga pernah dia alami.

Belum lagi masalah bantaran sungai yang banyak dihuni oleh tumbuhan rawa, sehingga Eskavator harus diturunkan untuk membersihkan rumput liar di sepanjang bantaran sungai.

“Walau sudah kita tebang, rumput liar cepat sekali tumbuh. Kalau mengedepankan pola pembersihan manual menggunakan sabit dan cangkul itu sangat berat. Karena akar tumbuhan itu harus dikeruk dan dibalik ke permukaan agar tidak tumbuh lagi. Telur dan jentik-jentik nyamuk itu berkembang biak di akar rumput liar. Muara yang tertutup gundukan pasir menyebabkan hilir Sungai Kandangan menjadi genangan air di musim kemarau,” kata Abdul Aziz, yang juga Ketua Kelompok Masyakarat Pengawas (Pokmaswas) Pesona Bahari, sejak Pantai Klopoan menjadi destinasi wisata Banyuwangi yang terkenal dengan GWD.

Nama GWD bahkan masuk dalam deretan obyek wisata yang mengikuti lomba kebersihan tingkat ASEAN. GWD dipilih oleh Kementerian Pariwisata untuk mewakili Banyuwangi dan Jawa Timur serta Indonesia. September 2017 mendatang, tim juri akan datang untuk melakukan penilaian.(wan/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.