Protein Hewani Dinilai Efektif Cegah Stunting Pada Anak
SR, Jakarta – Protein hewani dinilai efektif mencegah anak mengalami stunting karena memiliki kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein hewani, dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap 25 Januari mengangkat tema “Protein Hewani Cegah Stunting”; Slogan “Protein Hewani Setiap Makan” dan “Isi Piringku Kaya Protein Hewani”.
Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan, Ni Made Diah mengatakan, penyebab utama permasalahan gizi adalah asupan gizi yang tidak optimal dan infeksi berulang.
Studi yang dilakukan oleh Heady et.al (2018) menyatakan bahwa ada bukti kuat hubungan antara stunting dan konsumsi pangan hewani pada balita 6-23 bulan, seperti susu atau produk olahannya, daging/ikan dan telur.
“Penelitian tersebut juga menunjukkan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi satu jenis pangan hewani. Protein hewani penting dalam penurunan stunting,” kata Diah.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka stunting di Indonesia masih tinggi yaitu 24,4 persen, walaupun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 27,7 persen, namun masih butuh upaya untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14 persen.
Tren data SSGI 2019-2021, menunjukkan stunting terjadi sejak sebelum lahir, dan meningkat paling banyak pada rentang usia 6 bulan (13,8 persen) ke 12 bulan (27,2 persen). Dari data tersebut dapat dilihat pentingnya pemenuhan gizi ibu sejak hamil, menyusui dan gizi MP-ASI balita.
Gizi ibu hamil penting untuk mencegah stunting. Kondisi stunting saat lahir dapat terjadi akibat kekurangan gizi dan anemia saat remaja sampai saat kehamilan. Oleh karena itu, asupan gizi ibu hamil yang adekuat, sangat penting untuk mencegah ibu hamil KEK dan anemia agar tidak melahirkan bayi stunting.
Gizi ibu menyusui juga penting untuk memastikan kualitas ASI yang menjadi satu-satunya sumber asupan gizi pada 6 bulan pertama dengan ASI eksklusif atau ASI saja yang diberikan on demand.
Bayi mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang merupakan proses penting untuk meningkatkan imunitas bayi karena bayi memperoleh kolostrum yang kaya antibodi. Selain itu, IMD juga dapat meningkatkan bonding ibu dan bayi.
Terakhir, MPASI yang adekuat penting untuk menurunkan stunting baru pada usia 6-23 bulan. Pada periode 12-23 bulan terjadi peningkatan stunting 1,8 kali lipat yang diakibatkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein hewani dalam makanan pendamping ASI.
Hal ini selaras dengan Studi Diet Total/ SDT 2014 pada tahap Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI), terdapat 23,6 persen balita 0-59 bulan dengan asupan protein kurang dari 80 persen Angka Kecukupan Protein (AKP).
Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki potensi sumber daya protein hewani, tetapi konsumsi protein per kapita masih tergolong rendah. Data Susenas 2022 menunjukkan rata-rata konsumsi protein per kapita sehari 62,21 gram (di atas standar 57 gram), tetapi konsumsi telur dan susu 3,37 gram, daging 4,79 gram dan ikan/udang/cumi/kerrang 9,58 persen. (ns/red)
Tags: Cegah Stunting, Protein Hewani
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.