Menunggu Timbunan Sampah Kota Surabaya Menjadi Berkah

SR, Surabaya – Hari Sampah Nasional diperingati setiap tanggal 21 Februari. Tertarik mencermati perilaku masyarakat kota Surabaya dalam memperlakukan sampah, Tim Super Radio melakukan observasi sekaligus pooling terbatas di area Car Free Day (CFD) Taman Bungkul dan pasar pagi di area Tugu Pahlawan, Surabaya, Minggu (9/2/2025).

Berdasarkan survei yang dilakukan, didapati kesadaran masyarakat tergolong rendah dalam menjaga kebersihan di lokasi-lokasi tersebut. Dari 35 pengunjung yang ditanya, sebanyak 22,9% responden mengaku bahwa membuang sampah di tempat yang telah disediakan pada event seperti pasar pagi Tugu Pahlawan dan CFD Taman Bungkul merupakan pekerjaan yang merepotkan.
Bahkan 34% responden mengaku membiarkan orang lain membuang sampah sembarangan karena hal tersebut dianggapnya sudah lazim dilakukan. Sementara itu, 22% responden menganggap wajar membuang sampah sembarangan karena adanya petugas kebersihan yang akan membersihkannya.
Kalau pun ada warga yang peduli akan kebersihan lingkungan namun prosentasenya kecil, terdata hanya 14,3% responden yang memiliki kesadaran tinggi dengan mengaku akan memungut sampah dan membuangnya ke tempat yang seharusnya.
Angka-angka survei tersebut menunjukkan adanya persepsi yang kurang bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan. Hanya sebagian kecil pengunjung yang benar-benar peduli terhadap kebersihan di dua event itu. Karenanya tidak heran sepanjang mata memandang di area kerumunan warga terdapat banyak sampah berserakan di jalanan atau trotoar. Adapun sampah yang paling banyak ditemui di jalan berupa sampah plastik atau tas kresek dan sampah organik berupa sisa makanan atau minuman habis konsumsi warga.

Teguran Tidak Digubris
Perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan dikonfirmasi oleh petugas kebersihan di Taman Bungkul maupun di Tugu Pahlawan. Diungkapkan bahwa setiap event CFD, puluhan petugas kebersihan dikerahkan seusai jadwal CFD berakhir pada jam 10.00 WIB.
Hakim, salah seorang petugas kebersihan di Taman Bungkul Surabaya, mengaku setiap CFD ia selalu mengangkut sampah 2 hingga 3 kali lebih banyak dibandingkan hari biasa. “Setiap hari saya bersihkan sampah tiga kali. Kalau pagi biasanya membersihkan 3 tong sampah, tapi saat CFD bisa membersihkan 7-8 tong sampah,” ucap pria usia 40 tahun itu.

Menjalani pekerjaan sebagai petugas kebersihan bertahun-tahun, Hakim mengaku sempat heran dengan perilaku warga yang abai pada sampah berserakan di sekitar. Walaupun Taman Bungkul punya belasan tempat sampah namun warga cenderung membuang sampah di lokasi yang sama. Tak jarang pula sampah tetap dibuang di sekitar tong sampah yang penuh, dibanding mencari tempat sampah kosong.
Hakim mengaku paling banyak yang diangkut adalah sampah makanan dan plastik. Ia pun sempat menegur perilaku masyarakat itu namun tak digubris sehingga memilih diam dan melanjutkan tugasnya. “Harusnya mereka ini bisa buang sampah di tong sampah yang sudah disiapkan tapi kalau ditegur juga balik lagi tetap buang sampah sembarangan padahal di Taman Bungkul ada belasan tong sampah,” ujarnya.
Pengalaman serupa dituturkan Muhammad Mudali, petugas kebersihan di pasar pagi Tugu Pahlawan. Mudali menerangkan sampah plastik dan sisa makanan banyak ditemukan berserajan di sekeliling pedestrian Tugu Pahlawan, maupun di ruas Jalan Kebon Rojo hingga pom bensin Stasiun Kota Surabaya. Usai pasar pagi ada belasan petugas kebersihan dikerahkan oleh Pemkot Surabaya untuk memungut dan mengangkut ke tempat pembuangan sementara.

“Setelah pasar pagi usai, kami segera membersihkan sampah yang berserakan, mulai plastik hingga sisa makanan. Namanya juga orang banyak dan kan pasar juga jadi ya tidak terkendali itu perilaku buang sampahnya,” kata Mudali.
Dari pantauan Super Radio, sarana tempat sampah di pasar pagi Tugu Pahlawan berbeda dengan pasar pagi di Taman Bungkul. Di area Tugu Pahlawan hanya terdapat sedikit tempat sampah, keberadaannya tak lebih dari enam tong sampah. Bahkan di ruas jalan di depan Kantor Gubernur Jatim sangat minim tong sampah sehingga jumlah volume sampah jumlahnya lebih parah lagi.
Mudali juga merasa, sebagian besar masyarakat terlalu bergantung pada petugas kebersihan dan kurang memiliki kesadaran bahwa kebersihan adalah tanggung jawab bersama. “Memang ini tugas dan tanggung jawab kami, tapi kalau bisa saling kerja sama kan lebih enak. Jaga Surabaya bareng-bareng. Kadang di dalam hati, saya mbatin kalau masyarakat itu sangat njagakno (mengandalkan) kami” ungkap Mudali.
Tampilkan Semua
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.