Mahasiswa ITS Buat Inovasi Pembangkit Listrik Memanfaatkan Gelombang Laut untuk Penerangan Pulau Terpencil

Yovie Wicaksono - 7 January 2018
Tim menjelaskan cara kerja prototipe INTIP (foto : Humas ITS)

SR, Surabaya – Persoalan energi masih menjadi tantangan terbesar pemerintah yang dituntut harus menyediakan energi bagi masyarakat, selain energi yang berasal dari fosil karena jumlahnya yang sangat terbatas.

Krisis energi listrik di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di pulau-pulau terluar, terdepan dan tertinggal (3T), menjadi alasan empat mahasiswa Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, untuk mengkonsep pembangkit listrik tenaga gelombang laut, yang dinamai Indonesia Tidal Power (INTIP).

Kebutuhan energi listrik nasional yang terus meningkat, mendasari ide memanfaatkan gelombang laut untuk energi listrik oleh Ghufron Fawaid, Muhammad Rifky Abdul Fattah, Pinanggih Rahayu dan Aniq Jazilatur.

“Kebutuhan listrik saat ini tidak mampu terpenuhi dengan pembangkit listrik yang ada sekarang,” kata Muhammad Rifky Abdul Fattah.

Abdul Fattah mengatakan, sebagai negara kepulauan, Indonesia harus mampu memanfaatkan dan memaksimalkan potensi yang ada untuk diubah sebagai energi listrik.

“Indonesia harus lebih jeli dalam memanfaatkan potensi energinya, karena potensi ini sangat besar, namun sayangnya belum dimanfaatkan secara maksimal,” ujar Abdul.

Energi gelombang laut lanjut Abdul, berpotensi memegang peran strategis untuk meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, yakni perbandingan jumlah daerah yang telah dialiri listrik dengan keseluruhan wilayah.

“Dengan memanfaatkan gelombang laut sebagai pembangkit listrik, pulau terpencil di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar dapat turut mendapatkan akses listrik. Dampaknya, rasio elektrifikasi nasional akan merambat naik,” terangnya.

Pemanfaatan gelombang laut saat ini sudah banyak dilakukan di negara maju, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi Oscilating Water Column untuk pembangkit listrik tenaga ombak.

”Pengaplikasian alat ini diletakkan di pesisir laut dan sangat cocok digunakan sebagai pembangkit listrik di pesisir pulau daerah 3T tersebut,” imbuhnya.

Namun, Abdul menyebut Oscilating Water Column memiliki tingkat efisiensi yang masih rendah karena suplai udara ke generator tidak kontinyu. Maka dirinya bersama tim membuat inovasi pembangkit listrik sistem kombinasi, antara tenaga gelombang laut tipe Oscilating Water Column dan angin yang memanfaatkan sistem katup.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, nilai tegangan yang dihasilkan INTIP mengalami peningkatan 24 persen dibandingkan teknologi konvensional. Sistem katup INTIP membuat sistem searah, sehingga terdapat celah udara bertekanan yang mengalir dengan bebas.

“Kemudian kami manfaatkan udara bertekanan tersebut untuk menggerakan pembangkit listrik tenaga angin,” ujarnya.

Inovasi ini diharapkan dapat ditawarkan kepada pemangku kebijakan, untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan listrik di daerah 3T, terutama di sekitar pesisir.

“Generasi emas 2045 akan lahir ketika pemerataan energi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia telah terpenuhi,” tandasnya.(ptr/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.