Lebih dari Sekadar Warna: Alat Bantu Inovatif untuk Tunanetra

Rudy Hartono - 28 June 2025
Ilustrasi - Tongkat pintar bagi disabilitas netra dan lansia karya mahasiswa Universitas Gadjah Mada. (net)

SR, Surabaya – Bagi penyandang tunanetra, informasi visual seperti warna dan bentuk bukan hanya soal estetika, tapi juga kebutuhan praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Menyortir pakaian, membedakan buah, hingga membaca label makanan bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun berkat alat bantu yang terus berkembang, berbagai  keterbatasan itu kini dapat diatasi secara mandiri.

Salah satu contoh alat bantu yang banyak digunakan di luar negeri adalah Talking Colour Detector, seperti yang dikembangkan Royal National Institute of Blind People (RNIB). Alat ini bisa mendeteksi warna dan menyebutkannya secara lisan, membantu pengguna memilih warna pakaian atau benda sehari-hari (RNIB UK). Versi lebih canggih seperti ColorStar bahkan dapat mengidentifikasi lebih dari 1.700 warna berbeda.

Ilustrasi. Alat deteksi warna produksi Royal National Institute of Blind People (RNIB). (net)

Di Indonesia sendiri, pengembangan alat bantu untuk tunanetra juga terus dilakukan. Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) dan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Netra (BRSPDN) di bawah Kementerian Sosial telah menyalurkan Smart Talking Stick, tongkat pintar yang dilengkapi sensor ultrasonik dan sistem audio untuk membantu mobilitas tunanetra.

Selain itu, perpustakaan braille digital dan mesin baca teks ke suara (text-to-speech) juga dikembangkan untuk membantu akses pendidikan dan informasi bagi difabel netra.

Sementara itu, dalam skala lokal, beberapa inovator muda Indonesia bahkan telah merancang alat bantu seperti kacamata pendeteksi objek dan warna berbasis AI, yang sempat dipamerkan di ajang pameran teknologi sosial Kementerian Sosial.

Mengapa Ini Penting?

Alat bantu seperti ini memungkinkan tunanetra untuk lebih mandiri, tidak selalu bergantung pada orang lain untuk hal-hal sederhana namun penting. Ini adalah bentuk nyata dari inklusi, dimana teknologi menjadi jembatan menuju kesetaraan. Karena kemandirian sebaiknya dimulai dari hal kecil. Dan untuk mereka yang tidak bisa melihat warna, teknologi membantu menghadirkan dunia dalam bentuk yang bisa dirasakan. (*/dv/red)

Tags: , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.