Kolaborasi Raja Patni-Whisma Jerman, Hidupkan Kembali Aksara Jawa di Surabaya

Rudy Hartono - 10 September 2024
Direktur Whisma Jerman Mike Neuber bersama perwakilan Puri Aksara Rajapatni membuka rangkaian pameran aksara jawa. (foto:hamidiah kurnia/superradio)

SR, Surabaya – Tepat pada Hari Aksara Internasional, kelompok Puri Aksara Rajapatni bersama Whisma Jerman membuka pameran tunggal, mengulik akulturasi budaya pada aksara, Minggu (8/9/2024).

Bertema “Aksaraku Aksaramu Aksara Kita” pameran yang diadakan di kantor Whisma Jerman Surabaya tersebut berlangsung mulai 8-10 September 2024.

Tarian remo dan senandung pengantar cucuk lampah pun menjadi penanda dibukanya kegiatan. Para penari tampak berjalan memasuki tempat acara sembari menyenandungkan doa baik yang dilanjutkan dengan prosesi potong pita oleh Direktur Whisma Jerman dan perwakilan Puri Aksara Rajapatni.

“Berangkat dari aksara kawuruh menjadi pesan yang dibagikan. Maka kita lintas negara mengadakan acara bersama yang intinya aksara itu penting dan mampu mengikat satu sama lain antar bangsa dan budaya,” kata Ketua Puri Aksara Rajapatni, Nanang Purwono.

Nanang menyebut, tujuan acara guna menghidupkan kembali aksara lokal yang selama ini belum banyak mendapat perhatian.

Tarian remo meriahkan perayaan Hari Aksara Internasional Whisma Jerman, Minggu (8/9/2024). (foto:hamidiah kurnia/superradio.id)

Kegiatannya pun beragam. Diawali pameran lukisan Aksara Jawa oleh Wiji Utomo, pameran aksara dunia di sepanjang lorong Whisma Jerman, talkshow, cross culture Jepang-Jawa, hingga kelas belajar aksara jawa di hari terakhir.

“Senin ada cross culture kita berpakaian jawa, mereka berpakaian china, jepang, dan mereka belajar aksara jawa menulis nama mereka menggunakan aksara jawa di kipas yang sebetulnya juga menjadi budaya kita tapi sekarang mulai pudar. Kita hadirkan kembali itu,” ujarnya.

Ia pun berharap, pameran aksara menjadi pelecut semua stakeholder terkait betapa pentingnya melestarikan aksara sebagai identitas lokal dan diimplementasikan ke semua sektor.

“Harapan kami semua stakeholder akan menyadari pentingnya mempertahankan aksara lokal sebagai identitas lokal. Harus ada struktur yang formal, mungkin dimulai dari ekstrakurikuler,” ucapnya.

Hal serupa disampaikan Direktur Whisma Jerman Mike Neuber. Sebagai fasilitator, Mike mengungkapkan pentingnya mengenal budaya lokal salah satunya aksara. Dengan mengenal akan membuka berbagai perspektif menuju landasan perdamaian abadi.

“Kita juga soroti pentingya melestarikan budaya lokal, apalagi banyak aksara yang terancam punah,” tuturnya.

Melihat semangat kawan-kawan pelestari budaya, Mike pun tergugah dan berjanji akan turut melestarikan aksara jawa lewat penamaan ruangan di Whisma Jerman.

“Kami berjanji untuk menyesuaikan penamaan ruangan di wisma jerman dengan aksara jawa, itu butuh beberapa bulan tapi kalau sudah jadi kita bikin acara,” ucap Mike.

Sementara itu salah satu pengunjung Daniel Mieczysław Khansa turut menyampaikan apresiasinya. Ia mengaku takjub pada karya yang ditampilkan.

“Ini kali pertama yang saya lihat dengan bahasa jawa itu satu minggu lalu dan saya kaget ternyata ada alfabet lain selain bahasa indonesia,” ujarnya.

Menurut siswa pertukaran pelajar Jerman di SMAK St. Louis 1 Surabaya itu, acara aksara jawa seperti ini sangat bagus untuk pertukaran budaya antar negara.

“Ini pertama kali saya ikut. Acara hari ini sangat bagus, saya kaget negara jerman juga ikut serta dan menjadi bagian, ini bagus untuk pertukaran budaya yang sangat penting,” pungkasnya. (hk/red)

 

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.