IFI Surabaya Kenalkan Kue Khas Prancis Terinspirasi Roda Sepeda

Rudy Hartono - 4 October 2025
Siswa SMAK Santo Hendrikus Surabaya saat praktek membuat kue Paris-Brest dipandu chef dari Domicile Kitchen & Lounge di salah satu agenda Pekan Cita Rasa Prancis 2025 di Surabaya, Kamis (2/10/2025). (foto: alya/superradio.id)

SR, Surabaya – Institut Francais Indonesie (IFI)  menggelar Pekan Cita Rasa Prancis 2025 di Surabaya mulai 1 hingga 13 Oktober 2025. Pada Kamis (2/10/2025) IFI bekerjasama dengan Domicile Kitchen & Lounge, salah satu restoran yang menyajikan menu Prancis, menggelar cooking clas (kelas memasak) bertempat di SMAK Santo Hendrikus Surabaya.

Direktur IFI Surabaya, Vincent Padaré mengatakan fokus tahun ini adalah pelatihan vokasi dan transfer pengetahuan. “Kami ingin menunjukkan bahwa gastronomi bukan hanya tentang makanan, tetapi juga seni dan transmisi pengetahuan. Festival ini menjadi jembatan budaya dan menginspirasi para pelajar untuk mengenal dunia melalui kuliner,” katanya

Direktur IFI Surabaya Vincent Padaré (duduk depan berbaju motif batik) foto bersama chef Domicile Kitchen & Lounge, dan siswa serta Kepala Sekolah SMAK Santo Hendrikus, Kamis (2/10/2025) (foto: alya/superradio.id)

Domicile Kitchen & Lounge sebagai salah satu  mitra IFI Surabaya memperkenalkan kue legendaris khas Prancis yakni kue Paris-Brest.  “Kami akan ajarkan cara membuat kue  Paris-Brest, kue kering klasik dan unik bentuknya bulat seperti roda sepeda. Kue ini terinspirasi ajang balap sepeda Paris–Brest pada akhir abad ke-19. Brest nama kota Pelabuhan berjarak sekitar 600 kilometer dari Paris,” ungkap Oza Iskandar, Marketing Domicile Kitchen & Lounge.

Menurut Oza, kue berbahan dasar adonan choux ini relatif mudah dibuat, hanya memerlukan teknik dan peralatan yang tepat. Ia berharap generasi muda semakin tertarik menekuni dunia kuliner dengan memahami sejarah di balik hidangan.

Salah seorang peserta cooking class, Jesslyn Putricia mengaku senang acara praktek bikin kue Paris-Brest. “Senang Kak, bikin kuenya saya rasa tidak sulit. Selain bisa belajar memasak makanan khas Prancis, tadi juga ada resep yang menggunakan bahasa Prancis jadi bisa sekalian menambah pengetahuan bahasa Prancis yang saya pelajari,” ucap Jesslyn.

Sementara itu Kepala Sekolah SMAK Santo Hendrikus, Satriyo Widyatmoko, menilai keterlibatan sekolahnya dalam festival ini sejalan dengan visi pembelajaran bahasa asing. Di SMAK Santo Hendrikus ada mata pelajaran minat khusus,  Bahasa Prancis.

“Belajar bahasa berarti belajar budaya. Gastronomi atau ilmu pengetahuan dan seni yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan minuman adalah bagian dari budaya. Kami senang siswa dapat belajar langsung dari profesional Prancis, kali ini dengan menu klasik Paris-Brest. Ini menumbuhkan minat mereka untuk mendalami bahasa Prancis,” ujarnya.

Ia menambahkan, melalui pengalaman seperti ini, siswa dapat memahami nilai-nilai budaya, gaya hidup, dan cara pandang masyarakat lain yang menjadi bagian dari proses pembelajaran bahasa. (lia/red)

 

 

Tags: , , , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.