Fenomena Mud Volcano di Gunung Anyar

Yovie Wicaksono - 2 August 2023

SR, Surabaya – Gunung Anyar memiliki gunung yang merupakan mud volcano atau biasa disebut gunung lumpur di Jalan Gunung Anyar V gang dalam B, RT 1 RW 2, Gununganyar, Surabaya.

Abdul Rohim, warga setempat mengatakan, gunung berbentuk gundukan tersebut sudah ada sejak zaman Belanda. Kala itu tingginya mencapai 8 meter, namun karena longsor, ketinggiannya berkurang menjadi sekira 4 meter dari permukaan tanah.

“Kalau dari cerita leluhur, gunung ini ada dari jaman Belanda. Ada juga cerita lain, jaman dulu mbah Mahmud yang babat alas disini membangun masjid lalu setelah ia pergi tiba-tiba muncul gundukan dan itu terus tumbuh sampai jadi gunung ini,” ujarnya.

Karena masih berstatus aktif, tak jarang kandungan lumpur dalam gunung meluber keluar. Terlebih saat hujan, sehingga pemukiman sekitar terdampak luberannya.

“Ini masih aktif jadi kalau hujan, lumpurnya meluber sampai ke kampung, dulu pernah meluber sampai setinggi lutut jadi sama warga diberi bata ditanami tumbuhan supaya gak terlalu meluber,” jelasnya.

“Lumpur disini juga dipercaya bisa nyembuhkan penyakit, jadi kalau ada yang gatal-gatal diolesin lumpur di sana langsung sembuh,” imbuhnya.

Sementara itu, ahli Geologi dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Amien Widodo mengatakan, fenomena alam ini merupakan manifestasi dari endapan sedimen ratusan juta tahun lalu. Dimana, terdapat fosil dan bahan organik lainnya yang berubah fase menjadi cairan minyak, gas, dan air.

Cairan ini terus bergerak dan tertampung dibawah permukaan tanah sehingga saat ada retakan, campuran cairan tersebut akan menyembur keluar.

“Karena di jatim itu merupakan cekungan migas. Di dunia perminyakan dikenal dengan cekungan Jawa Timur Utara dan itu termasuk yang produktif,” jelasnya.

Hal ini kemudian dilihat sebagai potensi oleh Belanda, sehingga sekira tahun 1888 dilakukanlah pengeboran gas bumi di sana. Sayangnya usai mengeruk hasil alam, bekas pertambangan minyak itu tidak ditutup kembali dan ditinggalkan begitu saja.

“Dulu saat jaman belanda di bor karena ada minyaknya lalu setelah itu ditinggal, nah karena sudah dibolongi jadi keluar sampai sekarang,” tuturnya.

Karena itu, meski tidak berstatus bahaya, semburan lumpur tersebut tetap harus diperhatikan, jangan sampai semburan menguat dan menimbulkan efek kesehatan.

“Mestinya belajar seperti yang muncul di Jateng. Di beberapa tempat bisa keluar gas, bisa terbakar, karena setelah beberapa ratus tahun itu keluar, cairan didalamnya ini kan berkumpul,” tuturnya.

Perlu adanya perhatian dari seluruh pihak. Penanaman beberapa jenis tumbuhan dan pembangunan semacam tanggul perlu dilakukan untuk meminimalisir luberan lumpur. “Semburannya sudah gak bisa ditutup tapi bisa dipagari,” tuturnya.

“Kalau kita bisa merawat misal, mengerti intensitas nya. Mestinya pemerintah setempat membuatkan kantong untuk menjaga, jadi kalau semburan keluar itu ada tempatnya bukan seperti sekarang,” pungkasnya. (hk/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.