Begini Cara Sehat Atasi Gangguan Bipolar

SR, Surabaya – Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Dalam hal ini, gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensi nya cukup tinggi yaitu 1-2 persen dan merupakan penyebab disabilitas ke-6 di dunia.
Dokter spesialis kesehatan jiwa RS Universitas Brawijaya Malang, Zain Budi Sultoni mengatakan, mekanisme seseorang bisa mengalami ganguan mental sangatlah kompleks, panjang, dan bukan tiba-tiba.
“Gangguan jiwa bisa bertahun-tahun dari penyebab pertamanya sampai muncul gejalanya itu lama. Jadi bukan ujug-ujug,” ujar Zain, Rabu (17/5/2023).
Meski begitu, kata Zain, seseorang yang mengalami gangguan bipolar dapat pulih dengan menjalani terapi holistik melalui pendekatan biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual.
Ia mengatakan, psikiater akan meresepkan obat penstabil mood, anti depresan atau anti mania sesuai dengan kondisi pasien. “Tapi itu tetap pada pilihan pasien entah jenis obatnya, dosis, dan efek obatnya. Kita hanya menawarkan,” sambungnya.
Tidak hanya obat, pasien bipolar juga akan diberikan konseling, psikoterapi suportif, psikoedukasi, Cognitive Behavioral Therapy, serta psikoterapi lain oleh profesional.
Ia pun memberikan tips cara sehat untuk mengatasi gangguan bipolar, diantaranya dengan cara pahami, kenali, catat tanda perubahan mood diluar kontrol. Lalu menambah pengetahuan tentang gangguan bipolar.
Kemudian hindari stres atau belajar mengelola stres lebih baik dengan relaksasi, mendengarkan musik yang menenangkan, dan menyibukkan diri dengan hobi atau kegiatan yang digemari. Selanjutnya dekatkan diri dengan keluarga dan teman untuk mencoba berbagi perasaan, bina hubungan dengan orang yang dapat dipercaya dan diandalkan dalam membantu memecahkan masalah.
“Rajin olahraga, misalnya dengan jalan keluar rumah karena itu berdampak pada mood. Ketika kita menggerakkan tubuh kita, mood kita juga ikut bergerak. Pikiran positif akan muncul,” katanya.
“Lalu mengatur waktu istirahat, karena kalau mania merasa tidak butuh tidur, itu harus dikelola untuk menjaga kesehatan fisik. Lalu mengenali tanda-tanda bahaya, kapan harus bertemu psikiater. Serta membuat emergency plan saat terjadi kondisi bahaya dalam diri,” sambung Zain.
Lingkungan yang suportif dan bebas stigma sangat diperlukan dalam pemulihan pasien bipolar. Mengingat pasien bipolar berhak mendapatkan akses kesehatan yang setara dengan pasien lainnya.
“Kita jangan pernah menjudge pasien bipolar ataupun gangguan mental lainnya karena itu stigma buat pasien. Perlu kita pahami bahwa tidak ada satu orang pun yang mau sakit, dengan kondisi seperti ini,” tegasnya.
Psikiater yang juga bertugas di RS Muhammadiyah Lamongan ini berharap kepada masyarakat agar memiliki kesadaran dan kepedulian kepada orang-orang terdepat yang mengalami gangguan bipolar, serta bisa memberikan dukungan atau ruang kasih sayang untuk mereka.
Dengan begitu, pasien akan merasa tak sendirian dan memiliki semangat untuk bangkit serta pulih dari kondisinya.
“Kita tidak bisa mengambil tanggung jawang tentang kesehatan mental seseorng. Tapi kita punya kesempatan mendengarkan mereka, mendukung dengan memberikan kasih sayang, membuat mereka nyaman dan menerima mereka apa adanya. Syukur-syukur kita bisa menemani mereka ke psikiater,” pungkasnya. (fos/red)
Tags: Gangguan Bipolar, Gangguan mental
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.