Alumni Diduga Terlibat Teror dan Dosen Terkait HTI, ITS Lakukan Penyelidikan

Yovie Wicaksono - 17 May 2018
Ikrar Anti Terorisme di dalam kampus ITS, dipimpin Rektor ITS Joni Hermana (foto : Superradio/Srilambang)

SR, Surabaya – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melakukan penyelidikan data akademik, pada dua orang terduga teroris yang disebut pernah kuliah di kampus ini. Rektor ITS Joni Hermana mengatakan, kedua terduga teroris memang benar pernah mengenyam pendidikan di ITS, namun satu diantaranya hanya kuliah satu tahun kemudian tidak melanjutkan.

Namun, Joni Hermana memastikan bahwa keduanya tidak pernah terlibat dalam aktivitas di dalam kampus selama minimal 20 tahun terkahir, baik di kegiatan alumni maupun organisasi di dalam kampus.

“Memang benar, yang satu lulus dari ITS, satunya tidak sampai selesai. Sejauh ini sepertinya tidak pernah diundang, karena sudah tidak aktif, sudah lama sekali ini sejak beliaunya lulus dan tidak aktif di dalam IKA juga, jadi kita tidak mengetahui,” kata Joni Hermana.

Selama ini pihak ITS, kata Joni, selalu melibatkan Ikatan Alumni (IKA) dalam melakukan kegiatan yang mendatangkan alumni sebagai pembicara. ITS juga tidak bertanggung jawab terhadap aktivitas alumninya bila melakukan sesuatu di luar ITS, karena menjadi tanggung jawab pribadi.

“Kalau kita melakukan kegiatan yang melibatkan alumni, biasanya kita bekerja sama dengan IKA. IKA-lah yang memilih kira-kira siapa yang menurut mereka layak untuk dijadikan pembicara,” ujar Joni.

Selain itu, ITS juga sedang melakukan pemeriksaan intensif terhadap tiga dosen, yang diduga terkait organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pemeriksaan dilakukan setelah muncul kutipan pernyataan ketiganya di sosial media, yang secara diindikasikan mendukung HTI.

Tim khusus sedang diterjunkan untuk melakukan penyelidikan, untuk memastikan ketiganya bersalah atau tidak. Selama proses pemeriksaan, ketiganya dicopot dari jabatan masing-masing, tapi masih berstatus sebagai dosen negeri.

“Sekarang kita melakukan upaya pemeriksaan lebih lanjut tentang keterlibatan itu sebetulnya by design atau sesuatu yang kebetulan, atau dimanfatkan lah dalam kata lain, kan bisa iya bisa tidak. ITS saat ini sedang memproses ketiganya untuk memastikan seberapa jauh keterlibatan mereka dalam aktivitas yang mendukung HTI tersebut. Untuk memperlancar pemeriksaan, sementara memberhentikan mereka dari jabatannya, karena seperti kita ketahui yang satu adalah Dekan, yang kedua itu adalah Ketua Program Pasca Sarjana di jurusannya, yang ketiga adalah Kepala Laboratorium,” papar Joni.

Joni juga memastikan telah membentuk tim  untuk memastikan ITS tidak dimasuki paham yang bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika. Pemantauan dilakukan tidak hanya kepada mahasiswa, tapi juga pada tenaga pendidik atau dosen.

“Mengantisipasi kedepan, ITS sekarang membentuk tim untuk memeriksa seberapa jauh adanya gerakan ideologi yang bertentangan di ITS. Jadi sekarang itu kita sedang berupaya melakukan kajian, mendapat informasi dari teman-teman di sekitar kita, siapa-siapa saja yang menurut kita terlibat HTI di ITS. Sekarang sedang dilakukan penelusuran,” kata Joni.

Universitas Airlangga Surabaya juga sedang memeriksa seorang dosen yang diduga terlibat organisasi terlarang HTI. Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Mohammad Nasih mengatakan, pihaknya tidak akan mentolerir organisasi terlarang apapun termasuk HTI, yang terbukti melakukan kegiatan di kampus Unair.

“Kalau yang bersangkutan menjadi anggota organisasi terlarang, tentu saja otomatis sudah tidak akan ada toleransi. Sama dengan kalau PKI masih ada, kalau menjadi anggota PKI ya kita keluarkan. Menjadi anggota organisasi terlarang apapun, kalau dinyatakan sebagai organsisasi terlarang ya kita keluarkan, karena kesepakatan awalnya memang begitu, nah tinggal ini masih nunggu proses,” tandas Nasih.(ptr/red)

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.