10th FSAI, Sajikan Film-Film Terbaik Alumni Australia-Indonesia

SR, Surabaya – Peringatan 10 tahun Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) akhirnya singgah ke Kota Pahlawan.
Penjabat Konsul-Jenderal Australia di Surabaya, Sanchi Davis mengatakan, di kota ke sembilan ini, pihaknya menayangkan berbagai film-film terbaik. Mulai dari The Lost Tiger hingga Mencuri Raden Saleh yang bisa ditonton secara gratis.
Tak tanggung-tanggung, semua karya yang ditayangkan adalah hasil kreativitas para alumni program belajar Konsulat Kenderal Australia yang telah melalui proses kurasi di Jakarta oleh pakar film ternama.
Acara pembukaannya pun berlangsung meriah. Bertempat di XXI Ciputra World Surabaya, dihadiri para alumni, jajaran Pemkot Surabaya dan Diskominfo, pada Jumat (13/6/2025).
Diawali kegiatan ramah tamah, pengumuman kostum terbaik, dan ditutup nonton bareng (nobar) film: A Must-See ; Before You die; dan The Dry yang sukses mengundang riuh tepuk tangan penonton.
“Malam ini adalah perayaan kreativitas, koneksi, dan kolaborasi antara kedua negara kita. Kegiatan ini juga menyoroti peran penting yang dimainkan para alumni kita dalam memperkuat hubungan antar masyarakat dan membentuk masa depan hubungan,” ujarnya dalam sambutan.
“Ini kurasinya dari Jakarta lewat duta besar Australia. Parameter penilaiannya jadi itu semua film yang sudah pernah menang award,” sebutnya.
Tak sekadar festival, lanjut Sanchi, kegiatan ini juga bagian dari mempererat hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia. Terlebih Surabaya telah sejak lama menjalin hubungan baik. Saling bertukar budaya dan kesenian.

“Acara seperti FSAI berfungsi sebagai platform yang dinamis untuk pertukaran budaya dan percerita, yang bisa mendekatkan warga Australia dan Indonesia melalui pengalaman dan perspektif bersama,” ucapnya.
“Ada 10 kota, ini sudah 10 tahun kita, memang Surabaya ini pilihan yang pertama karena sudah ada hubungan yang erat sekali dengan kami,” imbuhnya.
Hal serupa disampaikan pakar film dari Universitas Curtin Australia Dr Kerreen Ely-Harper. Ia yang sebelumnya mengisi master class interaktif menekankan pentingnya membangun kreativitas, ketahanan dan inovasi dalam mempromosikan film lewat media sosial.
“Ada puluhan film pendek, itu di batch pertama dan selanjutnya. Untuk filmnya tidak untuk dilombakan, itu untuk project saja. Itu jadi seperti memory bank,” tuturnya.
Seperti diketahui FSAI 2025 merupakan gelaran festival film yang menceritakan kisah-kisah unik Australia yang menyoroti sejarah, keragaman, dan kreativitas.
Rangkaiannya telah berlangsung mulai 16 Mei hingga 14 Juni di 10 kota. Dari Jakarta, Yogyakarta, Mataram, Padang, Bandung, Manado, Semarang, Denpasar, Surabaya, dan berakhir di Makasar. (hk/red)
Tags: australia, Film pendek, fsai, sanchi davis, superradio.id
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.