Rosnindar Rahardjo: Dunia Penyiaran Tak Akan Mati, Hanya Harus Beradaptasi
SR, Surabaya – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan perilaku konsumsi media, dunia penyiaran dituntut untuk terus beradaptasi agar tetap relevan. Hal ini menjadi perhatian serius Rosnindar Prio Eko Rahardjo, Koordinator Bidang Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur, yang memiliki pengalaman panjang di dunia jurnalistik dan penyiaran.
Berbekal lebih dari dua dekade di industri media, Rossi Rahardjo—sapaan akrabnya— memulai karir sebagai wartawan media cetak pada tahun 2000. Ia kemudian beralih ke televisi di bagian news, hingga dipercaya memimpin portal berita pojokbanua.com dan banjarbaruklik.com. Selain itu, ia juga pernah menjadi Dewan Pengawas Redaksi K-TV, serta aktif sebagai dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bahauddin Mudhary Madura, Sumenep.
Kini, pria yang juga tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur dan PROSFISI (Perkumpulan Program Studi Film dan Televisi Indonesia) ini mengemban amanah sebagai Koordinator Bidang Kelembagaan KPID Jawa Timur periode 2025–2028, setelah resmi dilantik pada 4 Juli 2025.
Dalam pandangannya, seluruh lembaga media kini tengah menghadapi tantangan besar di era disrupsi. “Media seperti koran, televisi, bahkan radio memang mengalami penurunan. Tapi jangan salah, ketiganya tidak akan mati,” ujar Rossi saat talkshow di program Nusantara Berdikari Super Radio 88,5 FM, Surabaya, Selasa (7/10/2025). “Masing-masing punya pangsa pasarnya sendiri dan sekarang semua sedang beradaptasi dengan teknologi,” imbuhnya.
Rossi juga melihat adanya perubahan besar pada kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi informasi. “Sekarang orang bangun tidur bukan lagi buka koran atau nyalain TV, tapi langsung buka HP. Tapi itu bukan berarti TV dan radio ditinggalkan, masih banyak pendengar dan penontonnya,” ungkapnya.
Meski tantangan digital begitu besar, lembaga penyiaran lokal di Jawa Timur dinilai sudah cukup tanggap. Banyak stasiun televisi dan radio kini memperluas jangkauan lewat platform streaming dan media sosial. “Yang perlu dihadapi sebenarnya bukan digitalisasi itu sendiri, tapi kemauan kita untuk beradaptasi,” tutur Rossi.
Sebagai bentuk dukungan, KPID Jawa Timur saat ini aktif melakukan literasi media dan sosialisasi ke masyarakat maupun kampus-kampus. Upaya ini menjadi bagian penting dalam menjaga profesionalitas lembaga penyiaran sekaligus meningkatkan kepercayaan publik. “Di tengah maraknya hoaks di media sosial, televisi dan radio masih menjadi fungsi kontrol yang paling baik,” tegasnya.
Menutup perbincangan, Rossi menekankan bahwa dunia penyiaran tidak akan pernah benar-benar mati. “Teknologi nggak bisa kita hindari, yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan diri. Salah satunya lewat digitalisasi dan streaming. Tapi yang paling penting, kembalilah ke radio dan televisi—karena di sanalah fungsi kontrol informasi yang sebenarnya,” pungkasnya. (dv/red)
Tags: KPID Jatim, penyiaran, rosnindar rahardjo, rossi
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.





