Pameran Nawasena Merawat Budaya Lewat Aksara Jawa Kuna
SR, Sidoarjo – Penggiat seni dan sejarah Syska Liana bersama 15 seniman menggelar pameran Aksara Jawa Kuna Nawasena di Rumah Budaya Malik Ibrahim, yang berlokasi di Jalan Malik Ibrahim, Kabupaten Sidoarjo, mulai 5-26 Mei 2024.
“Aku buat program ini bukan cuma pameran tapi ada kelas belajar aksara Jawa Kuna selama satu bulan,” ujar Syska ditemui Super Radio, pekan lalu.
Terkait ide pameran, Syska mengaku, hal tersebut muncul usai ia mengikuti kelas aksara jawa kuna di Rumah Budaya Malik Ibrahim. Saat belajar di kelas itu, ia mendapat banyak sekali penjelasan yang menarik dari setiap symbol maupun guratan aksara Jawa Kuna itu.
“Saya tersentak ketika mengetahui bahwa setiap aksara itu punya arti dan juga makna kehidupan. Di saat yang sama saya merasa prihatin nilai nilai tersebut (aksara Jawa Kuna –Red) belum banyak mendapat perhatian masyarakat,” tutur Syska.
“Dari situ tercetus ide, mengenalkan kembali aksara Jawa Kuna ke publik lewat berbagai karya seni dengan nama ‘Nawasena’ yang bermakna masa depan yang cerah,” ungkapnya.
Selanjutnya, ia bersama kurator Satriagama Rakantaseta langsung membuka seleksi dan terjaring 15 seniman asal Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selanjutnya yang lolos seleksi diajak berkunjung ke beberapa situs sejarah di Sidoarjo dan Mojokerto. Kurator membacakan dan menjelaskan aksara Jawa Kuna yang terpahat pada prasasti.

“Kunjungan itu diharapkan bisa menginspari para seniman agarselanjutnya bisa menuangkan aneka karyanya pada Pameran ‘Nawasena’ seperti sekarang ini,” terang Syska.
Karya Instalasi Batara Kala
Salah satu karya seni yang menarik yang dipamerkan berjudul “Kala” karya seniwati Filda Miftahul Jannah. “Kala” seperti sebuah karya seni instalasi yang memanfaatkan permukaan air yang bening dan permainan efek cahaya.
Filda menempatkan wayang beber berlukiskan Batara Kala yang disimbolkan kepala raksasa yang ‘diselimutkan di bagian dalam kolam kaca dengan menempatkan warna merah di sekelilng dalam kolam. Setelah wayang beber itu terpasang sempurna lantas kolam diisi air hampir penuh. Karya instalasi ini ditempatkan di salah satu sudut ruang pameran yang tertutup.

Untuk menikmati karya berjudul “Kala” ini pengunjung memasuki ruangan yang gelap dan ketika lampu di dasar kolam dinyalakan maka terjadi proyeksi gambar di wayang beber dari dalam kolam ke seluruh ruangan. Pengunjung bisa melihat dengan jelas gambar maupun aksara Jawa Kuna yang tertulis di dalamnya.
“Kala dalam pemahaman sosial religius digambarkan sebagai raksasa yang selalu kelaparan. Menelan segala sesuatu yang berada pada ruang dan waktu yang salah,” ujar Filda.
Lebih juah Filda menjelaskan, dalam aksara Jawa kuna, Kala berarti waktu. Sehingga karya tersebut menjadi pengingat untuk tidak menyia-nyiakan segala sesuatu.
“Di sini saya mengangkat cerita Batara Kala sebagai pengeling-eling (pengingat) akan suatu hal yang seringkali dikaitkan sebagai keburukan agar suatu kebaikan bisa muncul pada diri,” ucapnya.
Untuk itu, karyanya bernuansa hitam dan merah sebagai penggambaran seseorang yang terjerumus dalam kegelapan. “Sengaja dibikin ruangannya gelap dan fokusnya langsung ke kolam. Ini seperti keadaan saat seseorang terlalu fokus pada keburukan sehingga melupakan sekitarnya,” jelasnya.
“Ini inspirasinya juga dari kejadian yang saya alami. Saya seringkali menghiraukan waktu sehingga banyak yang saya lakukan di waktu yang salah, contohnya tidur pada pergantian waktu,” imbuhnya.
Ia pun berharap makna yang ia berikan lewat karya dapat sampai ke para pengunjung.
“Ide awalnya itu unik. Saya waktu itu sedang ada project lalu ketiduran, setelah bangun lampu di ruangan mati dan lihat ada akuarium yang cahayanya jadi memancar keluar karena di sekitar gelap. Dari situ kepikiran untuk bikin karyanya,” tutur Filda. (hk/red)
Tags: karya seni instalasi, nawasena, pameran aksara jawa kuna, rumah budaya malik ibrahim
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.





