Misa Oktaf Paskah di Katedral Surabaya: Penghormatan Terakhir untuk Paus Fransiskus

Rudy Hartono - 23 April 2025
Ratusan umat Katolik mengikuti Misa Oktaf Paskah dengan intensi khusus untuk Bapak Paus Fransiskus, di Gereja Hati Kudus Yesus Katedral Surabaya, Selasa (22/4/2025) malam. Misa tersebut dipimpin oleh Uskup Surabaya, Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo. (foto:niken oktavia/superradio.id)

SR, Surabaya – Pada Selasa (22/4/2025) malam, tepatnya pukul 18.00 WIB, ratusan umat Katolik memadati Gereja Hati Kudus Yesus Katedral Surabaya untuk mengikuti Misa Oktaf Paskah dengan intensi khusus untuk Bapak Paus Fransiskus.

Misa tersebut dipimpin oleh Uskup Surabaya, Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo, dan dihadiri tidak hanya oleh umat Katolik, tetapi juga oleh sejumlah tokoh lintas iman sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus, tokoh kemanusiaan global yang telah meninggal dunia pada pagi hari sebelumnya.

Doa doa dipanjatkan, khidmat melantun pujian seiring dengan dukacita kepergian pemimpin umat Katolik sedunia tersebut. Dalam homilinya, Uskup Agustinus Tri Budi Utomo atau yang lebih akrab disapa Uskup Didik, menyampaikan duka yang mendalam atas berpulangnya Paus Fransiskus.

“Jika kita membayangkan pribadi Paus Fransiskus dan pribadi kita, ada sebuah kesenjangan, khususnya kesenjangan dalam sikap iman dan kasih. Paus Fransiskus adalah paradigma pembaru mengenalkan Allah yang Maha Rahim, yang berbelas kasih, yang mengerti segala kerapuhan manusia,” kata Uskup Didik.

Paus Fransiskus, lanjut Uskup, kita diajak untuk bergeser memahami Tuhan, dari yang menjadi stok pengabul doa dan ambisi menjadi Tuhan yang penuh belas kasih.

Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio, meninggal pada usia 87 tahun setelah berjuang melawan sakit selama beberapa bulan terakhir. Meskipun mengalami masalah kesehatan, Paus Fransiskus tetap berjuang untuk melayani umatnya.

Uskup Didik juga mengingat kembali dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus, seperti Evangelii Gaudium (Suka Cita Injil), yang menjadi salah satu pengajaran penting yang beliau tinggalkan.

Salah satu momen yang mengharukan adalah ketika Paus Fransiskus mengucapkan “Selamat Paskah” pada hari Paskah, yang ternyata menjadi ucapan terakhirnya kepada umat Katolik di seluruh dunia sebelum akhirnya beliau meninggal. Uskup Didik menyampaikan, “Paus Fransiskus berjuang keras untuk menyampaikan pesan-pesan kasih dan harapan, hingga detik-detik terakhir hidupnya,” katanya.

Kematian Paus Fransiskus membuka babak baru dalam sejarah Gereja Katolik, yang kini memasuki masa interregnum, yaitu masa kosong kepausan, yang berlangsung hingga pemilihan paus baru. Meskipun kehilangan sosok Paus Fransiskus adalah duka yang mendalam, Uskup Didik mengingatkan umat untuk tetap berharap dan berdoa, agar Gereja Katolik segera mendapatkan pemimpin baru yang dapat membawa perubahan positif bagi dunia.

Proses pemilihan paus baru akan dimulai setelah masa berkabung yang disebut novendiales, yang berlangsung selama sembilan atau sepuluh hari setelah kematian Paus. Para kardinal Gereja Katolik akan berkumpul di Vatikan untuk memilih pengganti Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang penuh perhatian terhadap isu-isu kemanusiaan dan lingkungan hidup. Selama masa kepemimpinannya, beliau banyak mencanangkan ajakan untuk perdamaian, solidaritas, dan perhatian terhadap orang miskin serta bumi. Warisan spiritual yang ditinggalkannya akan terus menginspirasi umat Katolik dan masyarakat luas di seluruh dunia.

Dengan berakhirnya masa kepausan Paus Fransiskus, umat Katolik di seluruh dunia, termasuk di Surabaya, berharap bahwa gereja akan terus berjalan dalam semangat cinta kasih dan kedamaian yang diwariskan oleh Paus Fransiskus.

“Semoga Tuhan menganugerahi Paus yang nantinya akan sungguh-sungguh bermanfaat bagi dunia,” pungkasnya. (nio/red)

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.