Ludruk “Sarip” Produksi Arboyo Sukses Hibur Gen-Z

Tari Muang Sangkal dari Sumenep Madura sebagai pembuka acara Pagelaran Ludruk ‘Sarip” di gedung Cak Durasim, Surabaya, Kamis (27/2/2025). (foto:hamidiah kurnia/superradio.id)

Penari remo mengenakan kostum burung garuda dan tameng Pancasila membuka acara Ludruk Arboyo lakon “Sarip” di gedung Cak Durasim, Surabaya, Kamis (27/2/2025). (foto:hamidiah kurnia/superradio.id)

Dagelan khas ludruk tampil di awal dan tengah pertunjukkan Ludruk “Sarip” di gedung Cak Durasim, Surabaya, Kamis (27/2/2025). Tampilan dagelan khas Suroboyo-an ini mampu mengocok perut penonton. (foto:hamidiah kurnia/superradio.id).

Sosok Sarip (kiri) tengah beradu urat syaraf melawan preman pro Belanda, sebelum mereka bertarung dalam satu satu adegan dalam Ludruk "Sarip" di gedung Cak Durasim, Surabaya, Kamis (27/2/2025). (foto:hamidiah kurnia/superradio.id)

Adegan menir Belanda mencari-cari Sarip yang selalu melawan dan meragukan kebijakan Belanda dalam Ludruk "Sarip" di gedung Cak Durasim, Surabaya, Kamis (27/2/2025). (foto:hamidiah kurnia/superradio.id)

Legenda Sarip Salamullah, sosok pejuang keadilan menurut cerita rakyat tidak bisa mati jika ibunya memanggil-manggil namanya. Salah satu adegan ibu Sarif menghidupkan Sarip dari kematian, di gedung Cak Durasim, Surabaya, Kamis (27/2/2025). (foto:hamidiah kurnia/superradio.id)
SR, Surabaya – Gelaran Ludruk oleh BKN PDI Perjuangan Jatim bertajuk “Sarip” di gedung Cak Durasim, Kamis (27/2/2025) sukses hibur warga surabaya. Tak terkecuali para gen-Z. Gelak tawa pecah terdengar sejak awal dimulainya pertunjukan.
Banyak dari mereka, penonton gen-Z yang mengaku antusias dan puas pada pertunjukan yang ditampilkan. Salah satunya Nasywa Anandhita Putri Prayitno (19). Mahasiswi fakultas FIP Unesa Surabaya itu mengaku tak menaruh ekspektasi apapun di awal. Namun hal tersebut luruh setelah melihat jalan cerita.
Cerita yang dibawakan para aktor sukses membuatnya takjub dan terkesan. “Paling suka adegan elpiji sama yang monolog dua orang. Kalau dari ceritanya tuh Sarip membela rakyat kecil, adil, baik orangnya, scene paling suka yang sumi, asik sih itu lucu,” ujarnya.
Ia pun berharap PDI Perjuangan makin sering menggelar kegiatan budaya dan membawakan cerita-cerita yang berasal dari keresahan warga. Seperti demo, kritik politik namun dengan gaya anak muda. “Harapannya sering diadakan kayak gini, atau teater, pengennya nanti PDI Perjuangan bisa angkat cerita tentang demo, kritik politik tapi disampaikan pakai gaya anak muda,” sebutnya.
Hal serupa disampaikan Dewanggi Ercinta Dwi Putri (18). Mahasiswi semester 1 Unesa itu mengaku bahagia dapat menonton ludruk tersebut. Perempuan yang akrab disapa Anggi itu berharap Ludruk bisa diadakan rutin. Menurutnya kesenian khas jawa timur itu masih relevan untuk anak muda asal dikemas berbeda.
“Acaranya over all bagus, pencahayaannya juga bagus, pengennya ada gini lagi tiap minggu, bisa jadi hiburan juga kak,” ungkapnya.
Seperti diketahui, gelaran Ludruk “Sarip” merupakan rangkaian dari HUT PDI Perjuangan ke-52 tahun. Ketua BKN Jatim Ony Setiawan menyebut, cerita pahlawan asal Sidoarjo diambil sesuai dengan semangat perjuangan partai berlambang banteng moncong putih itu.
“Kita angkat cerita “Sarip” karena melihat kondisi saat ini, kita kan sedang tidak baik-baik saja. Yang lebih bahaya kan Belanda ‘blangkonan’ orang pribumi pro Belanda. Seperti saat ini rakyat banyak mengeluh,” tuturnya. (hk/red)
Tags: arboyo, Cak Durasim, Ludruk, pdip jatim, sarip, superradio.id
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.