Kisah Veteran Perang yang Nyaris Tewas di Operasi Seroja

SR, Surabaya – Keberadaan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) membuktikan bahwa peran para veteran perang kemerdekaan dan perdamaian sangat penting dalam perjalanan bangsa ini. Di Surabaya sendiri, setidaknya ada sekira 1440-an veteran yang terdiri dari Veteran Pembela Kemerdekaan (pejuang di tahun 1960-1976) dan Veteran Perdamaian (mantan anggota kontigen GARUDA dibawah PBB).
Salah satunya adalah Brigadir Jendral (Purn) Subagyo Rahmad yang saat ini didapuk sebagai Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) cabang Surabaya.
Lahir di Yogyakarta, 9 Januari 1943. Subagyo mengawali karir sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dengan masuk ke Akademi Angkatan Laut pada 1965 dan lulus 1969.
Tugas pertamanya adalah pada 1970 di Pulau Marore, Sulawesi Selatan, yang berbatasan langsung dengan Filipina. Pada saat itu, tugasnya adalah menjaga perbatasan selama 6 bulan.
Berbekal kemampuan renang dan silat, Subagyo mendapat kesempatan pendidikan pasukan khusus pada 1974 di US Navy Seal (Sea, Air, and Land) Amerika Serikat selama 1 tahun.
Ditugaskan ke Timor Timor saat Operasi Seroja

Pasca pendidikan, di 1975, Subagyo mendapat tugas Operasi Seroja ke Timur Leste yang pada saat itu masih bernama Timor Timur. Ia ditempatkan di Pasukan Marinir IV, dengan misinya merebut proyek Bandara Comoro.
Ia berangkat bersama dengan 100 pasukan khusus lainnya menggunakan kapal penumpang dari Tanjung Perak. Tujuannya, agar keberangkatan pasukan tidak terdeteksi musuh.
Sampai di Timor Timur, seluruh pasukan diturunkan di hutan tembakau. “Jadi saat turun ransel saya basah, karena terendam air. Begitu sampai ke pantai, kami tidak langsung bertempur, namun menjemur pakaian dan ransel beserta isinya,” kata Subagyo.
Di misi operasi Seroja ini, nyawa Subagyo nyaris tersenggut. Kejadiannya, ketika seluruh pakaian dan barang dijemur di pantai, ia dan pasukan dikepung kelompok Front Revolusi Independen Timor Leste (Fretilin).
Saat itu, Subagyo dan pasukan berhasil lolos ke atas bukit. Selanjutnya, Subagyo memerintahkan salah satu pasukannya untuk melempar granat ke pasukan Fretilin. Apesnya, granat yang dilempar terkena pohon akasia, dan granat tersebut berbalik ke arah pasukannya. Untung saja, Subagyo menendang granat tersebut ke jurang sebelum akhirnya meledak.
Pengalaman lain yang tidak terlupakan ketika tugas di Timor Timur, adalah saat salah satu teman Subagyo tewas ditembak musuh, saat sedang mengobrol. “Saat itu kami tiba-tiba diserang musuh. Momen itulah yang membuat saya selalu teringat sampai saat ini,” ungkapnya.
Ketika perebutan jembatan Comoro, yang menjadi akses logistik. Seluruh pasukan tidur dibawah jembatan dan tidak dibekali logistik. Mereka hidup secara survival dengan cara mencari ikan menggunakan sarung di sungai.
Operasi Seroja kemudian dihentikan setelah MPR memutuskan Timor Timur menjadi provinsi ke 27 pada 1976. Seluruh pasukan Operasi Seroja ditarik ke masing masing wilayah. Subagyo kembali ke Surabaya dan disambut oleh Pangmaritim. Ia juga diberi Piagam Penghargaan Operasi Seroja serta kenaikan dua pangkat.
Setelah tugas di Timor Timur, Subagyo ditugaskan menjadi Direktur Sekolah Perang Khusus, karena dianggap paling ahli urusan perang. Tugasnya melatih pasukan dengan pertempuran jarak dekat, menyelam, dan menembak.
“Saya pernah menghadapi musuh yang memakai senjata Nato dengan jarak tembak 700 meter. Senjata saya hanya AK, caliber 7,62, magazine isi 38, jarak tembaknya cuma 200 meter. Jadi kalau head to head jelas kalah. Strateginya, saya sore berangkat mendekati musuh dan pagi sudah mendekati dengan jarak 100 meter. Jadi kekuatannya sama, musuhnya kalah karena senjata jarak jauh dipakai jarak dekat,” ujar Subagyo.
Pasca Operasi Seroja
Pada 1982, Subagyo diberangkatkan kuliah di Instructional System Development, University Of Alabama, Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan selama 2 tahun. Untuk bisa kuliah, ia harus menjalani test bahasa Inggris dengan passing grade minimal 80.
Dua tahun kemudian, Subagyo pulang ke Indonesia, dan ditugaskan di Komando Pengembangan Pendidikan Angkatan Laut (Kobagdikal) Surabaya. Ia ditugaskan di tempat tersebut, karena dianggap ahli mengenai pengembangan sistem pendidikan.
“Ada perubahan yang awalnya alutsista dari Rusia diganti alutsista dari Amerika. Disitu saya mengubah kurikulum pendidikan sampai ke taktik dan strategi selama 2 tahun,” ungkapnya.
Subagyo pensiun dengan pangkat terakhir Brigadir Jendral (Brigjend) pada 1998. Setelah pensiun, diutus ke Markas Besar TNI AL sebagai Komandan Bagian Perencanaan.
Setelah ditugaskan di Mabes TNI AL, ia ditawari untuk membantu pengembangan Pelabuhan Batu Bara di Gresik dengan posisi sebagai CEO selama lima tahun. Karena saat itu banyak masalah saat pembangunan Pelabuhan, seperti masyarakat yang melakukan penolakan.
Menjadi Ketua LVRI
Pada 2020, Subagyo diminta untuk menjadi Ketua LVRI kota Surabaya. Ia diminta secara khusus oleh tiga veteran yang pernah menjadi anak buahnya selama masih aktif di ABRI.
Awalnya, ia menolak karena merasa sudah bekerja di Pelabuhan Batu Bara, Gresik. Namun, karena ingat sifat veteran yaitu ikhlas, bersedia, dan berkorban. Ia pun bersedia menjadi Ketua LVRI Surabaya.
Setiap bulan, ketua ranting beserta istri diberi pembinaan mental dan kegiatan rohani. Ada juga program senam pernafasan di setiap akhir bulan. Tujuannya untuk menangkal seluruh penyakit di tubuh.
Seluruh kegiatan LVRI Surabaya dibantu Dinas Sosial Kota Surabaya, melalui makanan dan uang transportasi.
Menjadi veteran, Subagyo mendapat tunjangan sebesar Rp 1,8 juta per bulan. Sebelumnya, ia hanya mendapat tunjangan sebesar Rp 250 ribu per bulan.
Sebelumnya, mantan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, juga pernah memberikan tawaran mengajar kepada para veteran untuk SD-SMP, dengan honor 300 ribu per bulan.
“Semoga kami para veteran di Surabaya, bisa menikmati hari tua dengan sehat, kuat, dan tetap semangat,” pungkasnya. (af/red)
Tags: Brigadir Jendral (Purn) Subagyo Rahmad, Ketua LVRI Surabaya, Kisah Veteran Perang, Operasi Seroja, Perang Timor Timor, Veteran Pembela Kemerdekaan, Veteran Perdamaian, wali kota surabaya
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.