Keluarga Harus Jadi Deteksi Dini Radikalisme

Yovie Wicaksono - 18 April 2017
Wagub Jawa Timur Saifullah Yusuf menerima perwakilan BIN di Kantor Gubernur Jawa Timur (foto : Superradio/Srilambang)

SR, Surabaya – Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengajak masyarakat ikut berpartisipasi dengan melakukan deteksi dini, terhadap ancaman berbagai potensi yang mengancam keamanan dan persatuan bangsa, seperti radikalisme. Partisipasi masyarakat dapat dimulai dari tingkatan terkecil, yaitu dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal masing-masing.

“Deteksi dini radikalisme ini harus dimulai dari keluarga, sebagai bagian terkecil dari masyarakat dan negara. Perencanaan kegiatan radikal biasanya dimulai dari keluarga, karena itu peran keluarga sangat penting untuk menangkal radikalisme,” ungkap Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, saat memberikan pengarahan pada Peserta PKL Diklat Intelijen Strategis Tk. I Badan Intelijen Negara (BIN) Tahun 2017, di Kantor Gubernur Jatim di Surabaya, Senin (17/4/2017).

Saifullah Yusuf mengatakan, deteksi dini radikalisme selain lewat keluarga juga bisa dilakukan melalui rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW). Hal ini karena RT dan RW merupakan struktur organisasi masyarakat di tingkat paling bawah, sehingga efektif untuk mendeteksi radikalisme atau terorisme secara dini.

“Dengan berfungsinya peran RT dan RW, maka setiap kegiatan yang mencurigakan akan mudah terindikasi,” ujar Saifullah Yusuf.

Pemerintah Provinsi kata Saifullah Yusuf, telah melakukan berbagai tindakan untuk meredam terjadinya potensi instabilitas, seperti memperhatikan aspirasi masyarakat, menerapkan pelayanan publik yang ramah dan baik, mengintensifkan Forum Kerukunan antar Umat Beragama (FKUB), dan menegakkan hukum tanpa diskriminasi. Pemerintah juga melakukan tindakan pre-emtif, preventif dan represif.

“Kami sudah sering sekali membuat pertemuan-pertemuan dengan berbagai pihak, serta pro-aktif dalam menanggulangi potensi konflik,” imbuhnya.

Wakil Gubernur juga berpesan, agar masyarakat berani menentang bila didapati ada intoleransi, memberi kepedulian yang lebih besar pada kepentingan orang lain, menarik diri dari kegiatan yang menyalahi norma, bersikap kompromi bila terjadi perselisihan, serta memecahkan masalah dengan tegas.

“Dari semua antisipasi tersebut keberadaan intelijen sangat dibutuhkan. Apalagi, tantangan dunia intelijen adalah informasi yang demikian cepatnya dan mudah diakses oleh masyarakat,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Pusdiklat BIN Enopharis Sudasiman mengatakan, peserta diklat Intelstart Tingkat I Tahun 2017 di Provinsi Jawa Timurt tersebut diikuti oleh 29 orang pejabat eselon III di lingkup BIN. Ia menyampaikan, Provinsi Jawa Timur sengaja dipilih karena merupakan wilayah yang strategis dan perkembangannya yang cukup bagus.

“Salah satu yang akan diidentifikasi adalah bidang ekonomi dan lokusnya di Bappeda Provinsi Jawa Timur, Biro Kesra, serta Diskop dan UMKM Jawa Timur,” kata Enopharis.(ptr/red)

Tags: , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.