Jamaludin, Difabel Daksa Ubah Pelepah Pisang Jadi Lukisan

Yovie Wicaksono - 16 November 2022
Jamaludin saat melukis dengan menggunakan bahan dasar pelepah pisang. Foto : (Super Radio/Fena Olyvira)

SR, Surabaya – Melukis biasanya menggunakan media kanvas atau kertas. Namun, tidak demikian dengan Jamaludin (52), disabilitas daksa yang tinggal di Jalan Kenjeran Surabaya ini. Ia menggunakan pelepah pisang sebagai bahan dasar melukis.

Pria yang akrab disapa Jamal ini, memilih melukis dari pelepah pisang, karena mudah dibentuk dan warnanya terlihat natural. 

Saat melukis, ia jarang membuat sketsa. Setelah menemukan ide lukisan, selanjutnya ke proses menempel pelepah pisang hingga terbentuk sebuah lukisan. 

Berbagai macam ukuran lukisan bisa dia buat, mulai dari ukuran kecil, sedang, dan besar. Ukuran tersebut tergantung permintaan dari pembeli.

“Kalau untuk ukuran 50×50 cm dan ukuran 40×60 cm, itu saya bisa bikin 7 lukisan dalam sehari dengan bermacam-macam karakter. Lukisan yang paling besar pernah saya buat ukuran 1 meter, itu konsepnya lukisan pemandangan dengan nuansa masjid, pengerjaannya membutuhkan waktu dalam sehari,” ujarnya. 

Menurut Jamal, yang paling sulit adalah membuat lukisan wajah karena melukis wajah diharuskan sama semua. Namun tidak semua pelepah pisang bentuknya sama dan motifnya beda-beda. Hal itulah yang menjadi tantangan tersendiri saat melukis wajah.

Soal harga, tergantung pada besar kecilnya lukisan. Mulai dari yang paling murah 150 ribu hingga 6 juta rupiah. Rata-rata pembeli lukisan dari kalangan menengah keatas yang suka dengan karya seni.

Karya lukisan Jamal pernah dikirim ke berbagai wilayah Indonesia sampai ke luar negeri. Mulai dari Singapura, Belanda, Australia, dan Amerika Serikat. 

Selain lukisan pelepah pisang, Jamal mengaku bisa membuat lukisan dari biji-bijian buah, lukisan dari kulit kuaci, hingga lukisan dari ranting pohon. Selain itu dirinya bisa membuat lukisan kanvas, kaligrafi, dan mural dinding. 

 

Menjadi Disabilitas Daksa

Jamaludin saat menunjukkan hasil karya lukisnya yang berbahan dasar pelepah pisang disamping motor roda tiga miliknya. Foto : (Super Radio/Afriyan)

Sejatinya, Jamal adalah non disabilitas. Ia baru menjadi disabilitas daksa saat mengalami kecelakaan kerja di tahun 2008. Saat itu, kakinya tertimpa besi seberat satu ton. 

Pasca kejadian, Jamal harus menjalani proses pemulihan selama 6 hari. Tidak itu saja, ia menjadi tidak bisa berjalan dan harus menggunakan kursi roda dalam menjalankan aktivitasnya.

Insiden itu membuat Jamal tidak bisa bekerja lagi. Ia sempat stres dan bingung dengan cara apa untuk bisa menafkahi keluarga dengan kondisi yang terbatas.

Dengan modal bakat yang dimiliki seperti memahat, mematung, mengukir dan melukis serta dukungan dari keluarga, Jamal memutuskan menjadi pelukis. 

Jamal yang belajar secara otodidak, memulai melukis dari daun-daunan. Hanya saja, dengan tingkat kesulitan yang tinggi, membuatnya beralih ke pelepah pisang. 

“Akhirnya saya mulai dari pelepah pisang, karena bahan mudah didapat dan murah,” ujarnya.

Dalam setiap proses melukis, Jamal mendapatkan bahan pelepah pisang dari saudaranya yang ada di Probolinggo. Hal ini karena di Surabaya sudah jarang ada kebun pisang.

“Jadi bahan-bahan pelepah pisangnya didatangkan dari Probolinggo. Saya ambil yang natural dan kering langsung dari pohon. Setelah itu saya stock di rumah,” jelasnya. 

Untuk perawatan lukisan pelepah pisang ini sangat mudah, cukup dibersihkan secara rutin dan bisa awet hingga 12 tahun. 

Selama menjadi pelukis, Jamal bercerita pernah mengalami kejadian aneh saat lukisan wajah Soekarno dan Wali Songo hampir dibeli orang saat pameran. Seketika lukisannya menjadi rusak tidak terbentuk dan membuat Jamal tidak berani membuat lukisan wajah.

Selama Pandemi Covid 19, Jamal tidak memproduksi lukisan selama 3 tahun. Hal ini karena tidak ada pameran.

Kini, setelah pandemi Covid-19, Jamal mulai membuat lukisan lagi. Karya pertamanya pun setelah vakum selama 3 tahun, telah laku dibeli oleh seseorang asal Prancis. (af/red)

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.