Imlek, Tradisi Kerukunan Sosial Warga Tionghoa Muslim Surabaya

Rudy Hartono - 28 January 2025
Suara warga adalah artikel atau opini pribadi penulis dan bukan representasi redaksi Super Radio
Karakter khas budaya Tionghoa turut memeriahkan acara bakti sosial Imlek Masjid Cheng Hoo Surabaya, Sabtu (18/1/2025) (istimewa)

Oleh: Roni Fauzan (Anggota Aliansi Jurnalis Independen Surabaya)

PERAYAAN  Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili, yang ditandai oleh masyarakat Tionghoa sebagai tahun Shio Ular Kayu, jatuh pada 29 Januari 2025. Tidak hanya dirayakan oleh etnis Tionghoa di daratan China, tapi juga di seluruh belahan dunia dengan berbagai latar belakang agama yang mereka peluk, termasuk yang beragama Islam.

Di Surabaya, Jawa Timur, salah satu ikon penting WNI Tionghoa Muslim adalah Masjid Cheng Hoo yang terletak di Jalan Gading, Kelurahan Ketabang, Kecamatan Genteng, Surabaya, ternyata juga mengagendakan perayaan Imlek di setiap tahunnya.

Ketika dikunjungi kesekian kalinya, pada Jumat (10/1/2025), kondisinya tidak banyak berubah. Meskipun beberapa bangunan di sekitarnya sedang direnovasi, bangunan inti masjid yang berukuran 99 meter persegi itu tetap menarik untuk dipandang. Unik dan khas layaknya bangunan tradisional Tiongkok dengan warna dominan merah, hijau dan emas.

Ketua Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI) Abdullah Nurawi (istimewa)

Tiga orang pengurus masjid menyambut ramah ketika ditemui. Mereka adalah Abdullah Nurawi, selaku Ketua Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI),  Hasan Basri Fuk, Ketua Pelaksana Harian YHMCHI, dan Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Pembina Iman Tauhid Indonesia atau Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Timur, Haryanto Satryo. Ya, memang Masjid Cheng Hoo adalah masjid yang dinaungi oleh ormas Islam PITI.

Dikatakan Abdullah Nurawi, perayaan tradisi Imlek masih menjadi agenda rutin tahunan oleh pihaknya. Namun bedanya dengan masyarakat Tionghoa penganut Tridharma (Konghucu, Taoisme dan Budhisme) yang merayakan Imlek dengan ritual sembahyangan di kelenteng, pengurus dan jemaat masjid ini turut bersukacita merayakan Imlek hanya dalam tataran tradisi budaya dan substansi sosialnya saja.

“Ya, insyaallah tanggal 18 Januari ini. Imleknya (tahun 2025) kan 29 Januari. Sepuluh hari sebelumnya ini kami telah menggalang donasi untuk melaksanakan pembagian angpao. Nah itu kami bagikan kepada warga Tionghoa prasejahtera. Jumlahnya cukup banyak, untuk sekitar seribu orang-an. Kami bagikan di halaman masjid, pada tanggal 18 pagi,” tutur pria bernama lahir Yang Yuanhui ini.

Perayaan Imlek ini dimaknai para pemangku masjid sebagai bentuk rasa syukur melewati tahun dengan tetap sehat dan guyub rukun dalam kehidupan sosial. “Dengan rasa syukur itulah kita mengundang para duafa dan anak yatim piatu. Kita juga melibatkan organisasi dan yayasan lainnya untuk bergabung. Dan uniknya di Cheng Hoo ini kita banyak didukung orang-orang Tionghoa nonmuslim juga. Mereka membantu ikut donasi dan mempercayakan kita sebagai penyalur,” ujar Nurawi.

Suasana acara baksos berbagi angpao di halaman Masjid Cheng Hoo Surabaya “Peduli Imlek 2025”, Sabtu (18/1/2025) (istimewa)

Kegiatan tahunan berbagi angpao di Masjid Cheng Hoo, dikatakan dia, selalu mendapatkan animo besar dari warga dan Pemkot Surabaya.”Sangat antusias, termasuk Pak Wali Kota (Eri Cahyadi). Tahun lalu Pak Wali Kota datang ke sini dan menyaksikan sendiri pembagian angpao kepada warga prasejahtera,” tandas pengurus yayasan masjid yang juga akrab dengan panggilan Pak Awi ini.

Menepis Anggapan yang Salah

Anggapan sebagian orang bahwa Imlek adalah perayaan khusus agama tertentu di kalangan warga tionghoa, ditepis oleh Nurawi. Imlek, bagi dia, adalah bentuk ekspresi budaya yang sudah mengakar ribuan tahun bagi beragam suku etnis Tionghoa dan agama yang berkembang di Negeri Tirai Bambu, baik yang sudah lama berdiaspora menjadi warga negara lain maupun yang masih ada di Tiongkok daratan.

Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Timur, Haryanto Satryo

“Kalau sudah baca dan tahu sejarahnya, imlek itu di Tiongkoknya sendiri adalah untuk merayakan musim semi. Jadi itu pergantian musim, mensyukuri musim semi yang rezekinya mulai masuk karena mulai bercocok tanam,” tukas Nurawi.

Mengenai stigma negatif dan kekhawatiran bahwa perayaan Imlek bisa mempertegas perbedaan dan mungkin membangkitkan kembali sentimen antiTionghoa juga dibantah oleh Ketua PITI Jatim, Haryanto Satryo.

“Saya kira itu persepsi yang sangat salah ya. Imlek itu adat-istiadat yang biasa dilakukan orang-orang Tionghoa. Bagi kita, yang kita laksanakan adalah silaturahminya. Prosesi sembahyangan di kelenteng bagi yang muslim, tidak. Saya kira itu tidak berhubungan dengan keagamaan,” tegasnya.

“Kalau kita sesama saudara sesama famili kita kumpul, makan, ramai-ramai bercengkrama lah mempererat tali persaudaraan,” lanjut Haryanto Satryo.

Masjid Cheng Hoo dan Dakwah Islam Tionghoa di Indonesia

Peletakan batu pertama di 2001 dan proses pembangunan yang selesai setahun kemudian, Masjid Cheng Hoo Surabaya dibangun karena sesepuh muslim Tionghoa di Surabaya, Muhammad Yusuf Bambang Sujanto, terinspirasi ketika mengunjungi Masjid Niu Jie di Beijing, China, yang konon didirikan lebih dari seribu tahun lalu. Demikian dituturkan, Hasan Basri Fuk, Ketua Pelaksana Harian YHMCHI.

Ketua Pelaksana Harian Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI) Hasan Basri Fuk (istimewa)

Awalnya sekretariat PITI Jatim yang berpindah-pindah tempat, kemudian oleh diinisiasi untuk didirikan musala yang akhirnya sekaligus didirikan masjid di lokasi setempat. Karena mendapat sokongan dari berbagai pihak, termasuk dari banyak pengusaha Tionghoa nonmuslim, maka jadilah Masjid Muhammad Cheng Hoo dengan ragam kegiatan dakwah, pendidikan dan sosial seperti saat ini.

“Sekarang Masjid Cheng Hoo, alhamdullilah di Indonesia sudah berdiri 18 masjid. Yang pertama ya di sini,” ujar Hasan Basri alias Liem Fuk San.

Lelaki yang dikenal juga sebagai  seorang dai (juru dakwah) di Surabaya ini, tatkala ditanya mengenai kontribusi orang Tionghoa yang turut berdakwah menyebarkan agama Islam di Nusantara ini menyatakan, selain Laksamana Cheng Hoo adalah seorang Tionghoa muslim yang pernah melakukan ekspedisi damai di banyak kerajaan di Nusantara, beberapa Walisongo ternyata juga mempunyai silsilah keturunan dan hubungan perkawinan dengan putri-putri bangsawan beretnis Tionghoa.

“Yang mengatakan itu salah satunya adalah seorang peneliti Profesor Slamet Muljana,” ujar Hasan Basri sembari menyebut beberapa catatan lain dari peneliti dan sejarawan Tiongkok.

“Bong Swi Hoo itu nama Tionghoa Sunan Ampel. Terus Sunan Gunung Jati juga. Putri Ong Tien (dari Dinasti Ming) itu istrinya beliau (Sunan Gunung Jati),” ungkap Hasan Basri.

Tari Barongsai khas budaya Tionghoa turut memeriahkan acara bakti sosial Imlek Masjid Cheng Hoo Surabaya, Sabtu (18/1/2025)

Diskriminasi Melukai Proses Asimilasi

Cerita-cerita warga Tionghoa yang mengalami diskriminasi di zaman rezim orde daru gegara  merayakan Imlek, sempat disaksikan sendiri oleh Haryo, warga Tionghoa muslim kelahiran Surabaya. Lelaki paruh baya yang sekarang berdomisili di Sidoarjo ini menuturkan, sewaktu bersekolah di salah satu SMP swasta di kawasan Surabaya Utara, ia melihat teman perempuan (sebut saja namanya Liontin) ketika membolos sekolah karena merayakan Imlek, mendapat hukuman skorsing dari sekolah.

“Hanya karena ingin merayakan tahun baru (Imlek), itu dilarang sama Orde Baru. Itu menyedihkan sekali,” tandas Haryo.

Haryo bersyukur, sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, hambatan untuk mengekspresikan diri merayakan Imlek sudah tidak ada lagi.  “Di zaman Gus Dur berbalik 180 derajat, (Imlek) dijadikan hari libur nasional. (Warga Tionghoa) dihargai harkat dan martabatnya. Dan (kebijakan) itu perekat kebangsaan yang sangat bagus,” kata Haryo.

Namun di sisi lain, kini ada hal yang disayangkan oleh Haryo. Akulturasi budaya antara orang Tionghoa dan orang Jawa yang dipandangnya bagus di masa pascakemerdekaan Indonesia, sekarang agak terganggu karena gap (kesenjangan) sosial dan ekonomi.

“Pada zaman kakek saya dulu, banyak warga Tionghoa yang tinggal di kampung-kampung Surabaya, belum ada real-estate mewah seperti sekarang ini. Asimilasi budaya sangat bagus dengan banyaknya kawin campur di antara warga, seperti halnya ayah dan ibu saya. Sekarang asimilasi kawin campur agak terganggu. Nah, (Masjid) Cheng Hoo saya harap mampu kembali menjadi perekat warga yang strategis,” ujarnya saat diwawancarai Sabtu (18/1/2025), di sela-sela acara baksos perayaan Imlek di Masjid Cheng Hoo.

Suwarni (kiri), Warga Tionghoa Nonmuslim Surabaya. (istimewa)

Cerita lain diungkapkan Suwarni, warga Tionghoa yang tinggal di Kampung Seng, wilayah Kapasan, Surabaya. Akulturasi masih diterapkan dalam kehidupan keluarganya. Perempuan yang mulai menapaki usia lanjut ini meskipun memberikan kebebasan kepada Cici, sebutan kepada salah satu puterinya yang memilih menjadi mualaf, tetap dididiknya untuk menghargai budaya leluhur.

“Anak saya ini ya persilakan untuk jadi muslim. Sehari-hari saya izinkan ikut salat jamaah di masjid, tapi tiap Imlek dia juga tetap saya ajak ke Klenteng (Boen Bio) di seberang rumah. Bukannya apa-apa ya, semata-mata supaya dia tetap menghormati leluhur saja,” ujar Suwarni yang merupakan salah satu peserta penerima angpao dari Masjid Cheng Hoo ini.

Perayaan Imlek yang diselenggarakan oleh sejumlah besar warga Tionghoa di Surabaya, termasuk di Masjid Cheng Hoo, rupanya sudah menjadi hal lumrah bagi warga Surabaya lainnya, tanpa adanya sentimen dengan stigma negatif.

Suasana acara baksos berbagi angpao di halaman Masjid Cheng Hoo Surabaya “Peduli Imlek 2025”, Sabtu (18/1/2025). (istimewa)

Yanto, warga Kapasari, kampung yang relatif dekat lokasinya dengan Masjid Cheng Hoo, memandang positif kegiatan perayaan Imlek di masjid tersebut. “Saya pribadi sih ikut senang ya kalau ada acara seperti itu. Apalagi kalau ada warga sekitar yang ikut terbantu. Saya pernah dengar Pak Wali (Kota) pernah datang. Pak Camat (Kecamatan Genteng) juga saya dengar datang kan di acara itu tadi. Ya semoga acara yang bermanfaat seperti itu langgeng (penyelenggaraannya),” ujar Yanto singkat. (*)

 

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.