Guru Besar Ekonomi Unair: Kebijakan Golden Visa untuk Menarik Investasi Asing

Rudy Hartono - 8 August 2024
Guru Besar Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Prof Rossanto Dwi Handoyo SE MSi PhD

SR, Surabaya – Kebijakan golden visa semakin banyak diadopsi oleh berbagai negara untuk menarik investasi asing. Sinyalemen ini diamini Pakar Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga  Prof Rossanto Dwi Handoyo SE MSi PhD.

Menurutnya, kebijakan kebijakan terbaru pemerintahan Presiden Jokowi ini bertujuan untuk menjamin investasi yang aman dan memberikan hasil yang diharapkan oleh investor. “Negara-negara yang mampu memberikan jaminan investasi yang menarik akan menjadi tujuan utama bagi investor,” kata Prof Rossanto dalam rilis yang diterima Superradio.id, pekan lalu.

Ia menjelaskan bahwa banyak faktor yang menentukan investor untuk menanamkan dana di luar negeri. Faktor-faktor ini meliputi pasar, permintaan, infrastruktur, regulasi, dan kepastian hukum. Infrastruktur yang baik memastikan proses produksi dan distribusi barang berjalan lancar. Selain itu, risiko politik dan kondisi makroekonomi juga menjadi pertimbangan utama investor.

Prof Rossanto menyatakan bahwa golden visa adalah kebijakan yang bersifat komplementer. Kebijakan ini memudahkan investor untuk multiple entry ke Indonesia, tetapi bukan merupakan faktor utama dalam keputusan investasi besar. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan ini benar-benar mendukung iklim investasi dan tidak hanya menjadi formalitas.

“Golden Visa adalah kebijakan yang sifatnya komplementer, mendukung iklim investasi yang sudah ada di Indonesia. Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan ini benar-benar memberikan manfaat dan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” tegasnya.

Persaingan negara ASEAN

Terobosan kebijakan seperti golden visa perlu terus dikembangkan, ditambahkan Prof Rossanto bahwa Indonesia harus memperkenalkan kebijakan yang pro market dan pro investor agar tidak kalah bersaing dengan negara tetangga.

Dipaparkannya bahwa  negara-negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, menawarkan berbagai kebijakan investasi yang ramah investor.  Vietnam, misalnya, telah menarik banyak investasi asing melalui kebijakan yang market friendly.

“Kita sering mendengar investasi yang sudah berkomitmen dan menandatangani MOU untuk berinvestasi di Indonesia, tetapi tidak terealisasi. Mereka justru terpikat oleh negara-negara tetangga. Contohnya, Elon Musk yang awalnya diproyeksikan berinvestasi di Indonesia, tetapi akhirnya memilih Malaysia,” jelasnya

Undang-undang Omnibus Law menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi tumpang tindih aturan hukum terkait investasi. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan mempermudah proses investasi. Namun, ia mengakui bahwa praktik di lapangan seringkali tidak sesuai harapan.  (*/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.