SR, Trenggalek – Masyarakat Muslim di Kabupaten Trenggalek, khususnya yang tinggal di lingkungan pesantren, menggelar festival dan arakan tumpeng ketupat sebagai ritual puncak perayaan Idulfitri 1444 H. Pada tahun-tahun sebelumnya acara arakan tersebut digelar pada pagi hari, sedangkan tahun ini, digelar pada malam hari, Jumat (28/4/2023).

Acara arakan malam itu pun berlangsung meriah. Warga ramai berdesakan dan berebut seribuan ketupat yang digantung menempel pada dinding tumpeng raksasa yang diarak panitia kupatan.

Festival dan arakan tumpeng ketupat berukuran jumbo itu dipusatkan di lapangan Kecamatan Durenan. Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang hadir langsung dalam rangkaian acara itu sejak awal berharap tradisi “kupatan” yang sudah turun-temurun di wilayah Durenan dan sekitarnya bisa terus dilestarikan.

“Kegiatan ini (arakan tumpeng kupat/ketupat) memang sengaja dialihkan pada malam hari dengan tujuan untuk mengurai kemacetan,” jelas Arifin, Sabtu (29/4/2023).

Tak hanya arak-arakan dan rebutan tumpeng ketupat, kegiatan juga dimeriahkan dengan aneka hiburan tari dan musik.

Sambil menikmati hiburan, warga yang hadir mendapat pembagian nasi ketupat beserta lauk untuk disantap di lokasi acara.

Kirab tumpeng ketupat tersebut telah menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya, namun tradisi ini sempat terhenti akibat pandemi.

Seiring meredanya kasus COVID-19 dan dibukanya pelonggaran kegiatan masyarakat, tahun ini kirab digelar kembali secara meriah dalam kemasan acara Festival Budaya Ketupat. Bahkan, Bupati Trenggalek turut larut dalam kemeriahan itu, dan ikut berebut ketupat bersama masyarakat.

“Ini masukan dari warga, jadi malam ketupatnya kita mencoba berbahagia, mensyukuri, tapi pagi harinya kembali ke pakem lebaran ketupat, yakni saling anjangsana, silaturahim sambil bermaaf-maafan antarkeluarga, kerabat dan warga sekitar,” tuturnya. (*/vi/red)

Tags: Festival Arakan Tumpeng Ketupat di Trenggalek, idulfitri, Mochamad Nur Arifin