Diguyur Hujan, Massa Aksi Surabaya Serukan Lawan Patriarki dan Diskriminasi

Rudy Hartono - 19 March 2025

SR, Surabaya – Guyuran Hujan tak menyurutkan langkah para aktivis gender dan HAM yang tumpah ruah di jalanan kota Pahlawan. Dengan penuh semangat, puluhan massa dari berbagai latar belakang gender, etnis, suku, dan ras bergerak dari Jl Basuki Rahmat menuju Gedung Negara Grahadi Jl Gubernur Suryo dalam aksi memperingati Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day/IWD) di Surabaya, Rabu (19/3/2024).

Di depan rumah dinas Gubernur Jawa Timur itu, massa membawa berbagai poster tuntutan, menyuarakan perlawanan terhadap patriarki dan diskriminasi yang masih terjadi. Aksi bertema “Arek-Arek Wani, Lawan Patriarki” diwarnai dengan orasi, pembacaan puisi, serta teatrikal yang menggambarkan keresahan kelompok-kelompok rentan di masyarakat.

Salah seorang aktivis perempuan Surabaya yang terlibat dalam aksi ini, Elsa, menjelaskan peringatan IWD tahun ini tidak hanya berupa aksi turun ke jalan, tetapi juga diawali dengan diskusi lintas isu.

“Kami telah membahas persoalan diskriminasi yang masih dialami oleh kelompok minoritas agama, buruh perempuan, pendamping korban kekerasan berbasis gender, serta kawan transpuan. Sebanyak 80 orang terlibat dalam diskusi ini,” ujarnya.

Tak sekadar teriakan kosong, massa membawa 55 tuntutan yang terbagi dalam sembilan sektor, di antaranya kekerasan berbasis gender, inklusivitas, identitas gender dan orientasi seksual, hak minoritas agama dan kepercayaan, hak buruh, pendidikan, sosial ekonomi kesehatan, demokrasi dan HAM, serta agraria dan lingkungan.

“Banyak sekali tuntutan yang kita bawa dan ini merepresentasikan apa yang menjadi keresahan dari masyarakat sipil yang ada di surabaya,”paparnya.

Tak hanya menyampaikan keresahan, para aktivis tersebut pun melakukan aksi demi mengawal keberhasilan yang telah diperjuangkan, seperti UU TPKS (Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual) yang disahkan pada tahun 2022 silam, dirasa masih minim implementasi.

“Mengawal keberhasilan yang kemarin sudah diperjuangkan seperti UU TPKS buah kesuksesan dari kawan kawan perempuan yang hari ini masih perlu dikawal karena implementasinya belum banyak digunakan,”tambah perempuan berhijab dan berkacamata itu.

Selain menyampaikan tuntutan, para peserta aksi juga menyoroti kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat, seperti revisi UU TNI dan pemangkasan anggaran yang berdampak negatif bagi kelompok rentan, termasuk perempuan, disabilitas, dan komunitas minoritas.

Aksi ini, kata Elsa, sebetulnya dimaksudkan untuk memantik bahwa kebebasan masyarakt sipil masih dijamin dan ruang demokrasi masih terus terbuka. “Kami ingin menegaskan bahwa kebebasan sipil harus terus dijaga. Ruang demokrasi tidak boleh tertutup, dan masyarakat harus berani menyuarakan keresahannya,” pungkas Elsa.

Aksi ini berlangsung dengan damai di bawah pengawasan aparat keamanan. Meskipun hujan mengguyur sepanjang kegiatan, para peserta tetap bertahan hingga acara selesai (nio/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.