Dewi Triyanti, Anak Bungsu Cak Kartolo: Bangga Meneruskan Ludruk

SR, Surabaya – Dewi Triyanti, anak bungsu dari maestro ludruk Surabaya, Cak Kartolo, menyampaikan kebanggaannya sebagai penerus seni ludruk. Itu diungkapkan Dewi dalam podcast di Studio Super Radio, Surabaya, Kamis (30/1/2025).
“Terlahir sebagai anak dari maestro ludruk pasti bangga, semua orang punya kelebihan masing-masing. Kalau dibilang beban, tidak. eban saya adalah meneruskan, mempertahankan, dan melanjutkan apa yang bapak lakukan,” ujarnya.
Sebagai penerus Cak Kartolo, Dewi berkomitmen untuk tidak menghilangkan ciri khas ludruk yang telah diracik oleh ayahnya. Namun, ia menyebutkan bahwa ada beberapa elemen yang perlu diramu kembali agar lebih sesuai dengan zaman. “Jangan sampai menghilangkan benang merah yang sudah ada,” katanya.

Meskipun tidak memiliki latar belakang sebagai penari atau seniman ludruk secara akademis, Sarja Sosial ini mengaku amat menyukai ludruk. Pasalnya, sejak kecil Dewi sering mengikuti orang tuanya bekerja berpindah-pindah tempat. Bahkan, Dewi melantunkan sepenggal bait terakhir Kidung Remo, menunjukkan kecintaannya terhadap seni yang diwariskan oleh sang ayah. “Berkesenian itu didasari kesukaan dan kecintaan, semua disiplin ilmu bisa mempelajarinya,”imbuhnya.
Mencermati keberadaan pementasan ludruk, Ia prihatin karena pementasan ludruk zaman dahulu digelar di panggung yang megah layaknya konser besar. Saat ini pementasan ludruk kian surut mengalami perubahan dan tantangan.
Mengenai perkembangan ludruk di era modern, Dewi menilai bahwa ludruk memiliki unsur stand-up comedy dalam bagian lawaknya serta unsur teater yang lebih serius. Menurutnya, anak muda tetap bisa belajar ludruk dengan menyesuaikan formatnya dengan zaman. Ia juga mengutip pesan dari para senior agar tetap mempertahankan elemen khas ludruk, seperti tarian Remo dan tema keseharian yang selalu diangkat dalam pertunjukan.
Untuk meningkatkan minat anak muda terhadap ludruk, Dewi memberikan beberapa tips. Ia menekankan pentingnya minat sejak dini serta adanya wadah seperti ekstrakurikuler di sekolah. “Kalau tidak ada wadah untuk menampung, maka susah,” ujarnya.
Dalam membentuk karakter seninya, Dewi mendapat pengaruh dari Cak Kartolo dalam aspek teater dan dari ibunya dalam aspek tari. Ia pun menegaskan bahwa ludruk wajib dilestarikan karena merupakan bagian dari budaya bangsa.
Mengenai cara menarik minat anak muda dalam kesenian ludruk, Dewi menyarankan adanya pameran yang menampilkan properti dan alur cerita ludruk. Selain itu, festival ludruk juga bisa menjadi ajang untuk memperkenalkan kesenian ini kepada generasi muda melalui pendekatan orang tua.
Sebagai penutup, Dewi mengajak anak muda agar tidak takut berkesenian. “Jadilah pelestari budaya dengan karya-karya positif. Jadilah generasi positif yang dapat berguna, tidak hanya mengejar tren sesaat,” pungkasnya. (mg2/red)
Tags: Cak Kartolo, dewi triyanti, seniman ludruk, superradio.id
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.