Dalang Ki Hadiyono Selipkan Teknologi dan Campursari di Gagrak Porongan

Yovie Wicaksono - 9 October 2025
oppo_0

SR, Sidoarjo – Gagrak Porongan penampilan ke-8 di Kabupaten Sidoarjo diisi dalang Ki Hadiyono bertempat di Desa Janti, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (4/10/2025). Bermain di hadapan publiknya sendiri, Ki Hadiyono yang juga warga Janti, tampil paripurna.

Selain kerahkan panjak yang biasa memainkan gamelan Jawa. Ki Hadiyono juga memperlengkapi penampilannya dengan alat musik modern, key board untuk mengiringi campur sari sebagai hiburan tambahan di sela-sela gelaran wayang kulit.

Sinden merangkap penyanyi Campursari interaktif dengan penonton wayang kulit sebagai selingan hiburan di sela lakon “Sesaji Rojo Suyo” oleh dalang Ki Hadiyono di Desa Janti, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (4/10/2025). (foto: anton/superradio.id)

Lebih dari itu, Ki Hadiyono juga memasang LCD set di depan layar/geber wayang kulit. LCD set akan menyorot ke layar menampilkan berbagai gambar untuk memberi efek dramatis cerita wayang kulit yang dimainkan. Efek lainnya, Ki Hadiyono juga memasang lampu strobo yang dimainkan saat adegan pertempuran atau perkelahian antar tokoh wayang.

Adapun lakon wayang gagrak yang ditampilkan, Sabtu  malam itu berjudul “Sesaji Rojo Suyo”. Lakon yang menceritakan peresmian pembangunan negara Amarta Pandawa dalam kisah Mahabarata. Untuk perayaan itu Raja Amerta oleh Prabu Puntadewa atau Yudhistira menyelenggarakan tasyakuran dengan mengundang 100 raja.

“Jadi sesaji rojo suyo itu seperti pamer legitimasi (pengakuan). Semakin banyak raja atau ratu yang meghadiri undangan, maka legitimasi kerajaan Amarta semakin kuat di mata negara atau Kerajaan lain,” ki Hadiyono.

LCD dengan ilustrasi gambar pemandangan alam membantu Dalang Ki Hadiyono saat memberikan prolog cerita tentang daerah Indraprasta yang angker dihuni raksasa, jin dan hewan buas dalam lakon wayang kulit “Sesaji Rojo Suyo”. (foto: anton/superradio.id)

Ditambahkannya, Kerajaan Amarta itu dulunya bernama Indraprasta bagian dari Kerajaan Astinapura. Indraprasta merupakan daerah yang angker berupa hutan pekat yang banyak dihuni mahluk jin, raksasa, hewan buas, ular berbisa. Indraprasta diberikan kepada Pandawa akibat ulah licik Kurawa yang ingin menguasai Astinapura.

Agar tidak terjadi pertengkaran, Pandawa menerima dengan lapang dada pemberian wilayah Indraprasta yang angker. Dengan keberanian dan kerja keras Indrapasta berhasil merubah hutan angker menjadi sebuah kota yang ramai yang kemudian wilayah itu dikukuhkan sebagai negara Amarta. Gangguan, hambatan, dan teror yang dilakukan Kurawa dan kroninya berhasil dilalui. “Maka dengan menggelar sesaji rojo suyo itu maka Puntadewa seakan bisa disejajarkan seperti seorang dewa,” urai Ki Hadiyono.

Sinden merangkap penyanyi Campursari interaktif dengan penonton wayang kulit sebagai selingan hiburan di sela lakon “Sesaji Rojo Suyo” oleh dalang Ki Hadiyono di Desa Janti, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (4/10/2025). (foto: anton/superradio.id)

Terkait keyboard dan LCD set yang diikutsertakan di atas panggung, Ki Hadiyono menjelaskan perkembangan seni hiburan kekinian wajib diikuti pegiat wayang kulit agar seni budaya asli Sidoarjo ini tidak ditinggalkan penontonnya. “Zaman sekarang wayang harus bisa berkolaborasi dengan kesenian lainnya, misal campur sari, dagelan, atau kesenian lainnya. Keyboard itu untuk ngiringi campursari saat selingan. Yang nyanyi campur sari ya para sinden, ” seloroh Ki Hadiyono.

Penampilan aksi panggung Ki Hadiyono yang inovatif itu nyatanya memukau penonton. Tidak hanya adegan adegan lebih terlihat atraktif sesekali juga diselipi hadirnya sosok kuntilanak dan gondoruwo sebagai bahan candaan. Dan sinden pun juga menyuarakan suara cekikikan melengking tinggi hiii…hiii…hiiii…

“Ada-ada saja penampilan Ki Hadiyono, saya rasa kreatif dan saya suka melihatnya karena ada yang baru dalam pagelaran wayang kulit,” komentar Agus, salah satu penonton.

Atas kreativitas itu ketua Paguyuban Ringgit Purwa Jawa Timur (Parijati) Ki Yohan Susilo mengapresiasi ide gagasan  Ki Hadiyono. Dikatakan salah satu usaha untuk melestarikan wayang kulit maka dalang juga harus beradaptasi dengan permintaan konsumen dan perubahan zaman. “Jika teknik dalangnya konvensional maka yang nonton orang-orang tua saja. Kalau mau menarik penonton yang lebih muda perlu menyelipkan kreasi saat mendalang. Jadi, sudah benar apa yang dilakukan Ki Hadiyono,” puji Ki Yohan saat diwawancarai Super Radio .

Kepala Bidang Kebudayaan dan Pembangunan Bahasa Sastra Kabupaten Sidoarjo, Kartini menyerahkan gunungan kepada dalang Ki Hadiyono sebagai tanda dimulainya pagelaran wayang kulit Gagrak Porongan di Desa Janti, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (4/10/2025). (foto: anton/superradio.id)

Saat pagelaran wayang kulit gagrak porongan di Desa Janti, hadir dalam acara pembukaan Kepala Bidang Kebudayaan dan Pembangunan Bahasa Sastra Kabupaten Sidoarjo, Kartini; Lurah Janti Endang, forkompimka.

Dalam sambutannya, Kartini memaparkan perjalanan program gagrak porongan yang sudah diwujudkan sejak 2023. Ia berharap tahun berikutnya, wayang gagrak porongan tetap mendapat alokasi anggaran, syukur-syukur lokasi pagelaran ditambah banyak. “Ini sudah pementasan ke-8 gagrak porongan yang rencananya digelar 12 kali di kecamatan berbeda. Tersisa empat lagi pementasan di Kecamatan Krembung, Prambon, Candi, dan Wonoayu. Para penggemar wayang bisa ramai-ramai menonton,” kata Kartini.

Tari Remo, salah satu kebudayaan asli Jawa, sebagai tari pembuka menyambut tamu jelang dimulainya pagelaran wayang kulit Gagrak Porongan di Desa Janti, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (4/10/2025). (foto: anton/superradio.id)

Sebagai wakil dari Dinas Kebudayaan Sidoarjo, Kartini juga meminta bantuan masyarakat dan perangkat kelurahan untuk mendata dan melaporkan aset aset seni budaya yang dimiliki Desa Janti. Pendataan sebagai pelaksanaan program nasional tentang Pemajuan Kebudayaan bangsa. “Kami tadi diberitahu Bu Lurah, Bu Endang, kalau di Janti banyak dalang, banyak sanggar. Saya mohon semua aset seni budaya lokal supaya dilaporkan untuk kami inventarisasi sebagai kekayaan budaya Sidoarjo dan akan didokumentasikan,” pesan Kartini. (ton/red)

 

 

Tags: , , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.