Arek-Arek Nusantara Menutup Suro Hening dengan Diskusi Budaya
SR, Surabaya – Peradaban leluhur nusantara sangat luas dari segi pendidikan intelektual, mengenal konsep ke-esaan maupun ketuhanan dan ajaran serta kebudayaan yang tidak kalah dengan peradaban eropa, Amerika, Arab timur tengah, cina dan bangsa lainya.
Hal ini terlihat dari bentuk prasasti atau peninggalan jejak berupa candi, petilasan, punden dan berbagai sanggar pamujan hingga tempat yang dianggap sakral oleh warga setempat. Meskipun pemerintah daerah, kota, kabupaten ataupun pusat tidak mengakuinya sebagai tempat sakral warisan leluhur.
Berbagai alasan seperti warga pendatang atau tidak memahami karena banyak sejarah atau tetenger warisan leluhur nusantara yang dihilangkan oleh kolonial penjajah Belanda, akibat perang politik intrik peristiwa tahun 65, sehingga banyak kaum muda atau Gen Z tidak akan pernah mengerti sejarah leluhurnya sendiri.
Barisan kebudayaan yang tergabung di Arek Arek Nusantara mencoba membongkar dan mengembalikan kembali kejayaan leluhur nusantara atau biasa orang Jawa menyebutnya dengan bahasa uri urup urip. Uri artinya dibuka atau dibongkar lagi sejarah yg hilang. Urup bermakna ditukar, sejarah yang salah dibuang tapi yang baik dipertahankan atau dikembalikan. Urip atau hidup, yakni menghidupkan kembali sejarah sebenarnya warisan leluhur nusantara.
Untuk misi itu, Sekjend Arek Arek Nusantara, Ki Ageng Kinco mengungkapkan selama bulan Suro, sebulan penuh, Arek Arek Nusantara melakukan tirakatan atau hening sembahyang bersama. “Tentunya juga melakukan berbagai diskusi dan kajian ilmiah tentang budaya leluhur Nusantara, salah satu temanya membedah ‘Proses Mencari Jati Diri Seorang Begawan’,”ujar Ki Ageng Kinco seperti dikutip di laman rri.co.id, Rabu (7/8/2024).
Dari diskusi itu disimpulkan proses yang di lalui seorang begawan harus mempunyai watak dan sifat berciri ciri 3 karakter: sabar, mengalah, berani , dan mau mengakui kesalahan. Sifat inilah yang wajib dimiliki sebagai seorang begawan untuk bisa ketemu langsung dengan Tuhannya.
Menutup bulan Suro tahun baru Saka Jawa, Arek Arek Nusantara melakukan napak tilas leluhur di lima tempat, yakni: punden Joko Lelono di Simo Kalangan atau bawah Tol Surabaya; Tuguh atau Candi Panjang Jiwo di sekitar Sungai Bratang, Jagir Surabaya; Sumur Bumi di Waru Gunung Surabaya; makam Dewi Sangkra, ibu Sawunggaling di Lidah Surabaya; dan Lemah Morop, Gunung Butak di SinggaSana Gunung Sari Surabaya.(*/rri/red)
Tags: Arek-Arek Nusantara, diskusi budaya, napak tilas, penutupan suro, superradio.id
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.