Tak Hanya Surabaya, Untari Dorong Larangan Wisuda di Seluruh Sekolah Jatim

Rudy Hartono - 8 May 2025
Ketua Komisi E DPRD Jatim, Sri Untari Bisowarno.

SR, Surabaya – Kebijakan penghapusan seremoni wisuda di tingkat sekolah dasar hingga menengah atas terus menuai pro dan kontra di masyarakat. Sementara sebagian siswa menyayangkan dihilangkannya momen perpisahan yang selama ini dianggap sakral, banyak orang tua justru menyambut baik kebijakan ini karena alasan ekonomi, tak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mengikuti acara purnawiyata atau wisuda.

Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, Sri Untari Bisowarno turut memberikan pandangannya terkait polemik ini. Ia menyatakan dukungannya terhadap langkah Pemerintah Kota Surabaya yang mulai mengurangi kegiatan wisuda sekolah.

“Kalau Surabaya menurunkan larangan wisuda, saya setuju. Kenapa? Karena itu tidak mutlak dan tidak penting,” ujar Untari kepada superradio.id, Rabu (7/5/2025).

Menurutnya, keberhasilan siswa menamatkan pendidikan seharusnya cukup dirayakan secara sederhana. “Anak-anak sudah selesai lulus sekolah, itu sudah oke. Wisuda itu cukup di S1 sampai S3 saja. Supaya tidak nambah beban anak-anak, juga tidak bikin gaduh karena harus cari gedung, macet, dan sebagainya,” lanjutnya.

Untari bahkan mendorong Dinas Pendidikan Jawa Timur agar melarang seluruh wisuda di jenjang SMA/SMK. Ia menekankan pentingnya memiliki sense of crisis atau kepekaan terhadap situasi ekonomi masyarakat saat ini.

“Alasan utamanya ya biaya itu. Itu orang tua urunan. Di tengah kondisi ekonomi seperti ini, banyak orang tua penghasilannya menurun. Kita harus punya sense of crisis ekonomi itu,” tegasnya.

Alih-alih seremoni mewah, Untari menyarankan agar pelepasan siswa dilakukan secara sederhana di lingkungan sekolah. “Sudah dilepas seperti biasanya di lapangan, kelas tiga salaman sama adik-adiknya, keren itu sudah. Tanpa biaya,” ujarnya.

Terkait kegiatan lain seperti study tour, politisi partai PDI Perjuangan ini menilai tidak perlu dilarang, namun juga tidak perlu didorong. Menurutnya, jika kegiatan tersebut mengandung nilai edukatif yang tidak bisa diperoleh di kota asal siswa, maka bisa dipertimbangkan.

“Tour itu penting kalau memang ada hal yang harus dipelajari dan tidak ada di Surabaya, misalnya belajar tentang pertanian ke Sidoarjo atau Ngawi, itu oke,” jelasnya. (nio)

Tags: , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.