Persoalan Kualitas Air Menjadi Perhatian Serius Pemerintah
SR, Surabaya – Kualitas air sungai saat ini sudah sangat memprihatinkan, karena air sungai sudah banyak tercemar oleh bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan manusia yang memanfaatkannya. Terlebih dengan semakin tidak terkontrolnya pembuangan air limbah langsung ke sungai, yang dihasilkan oleh industri maupun rumah tangga.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengajak seluruh masyarakat di Jawa Timur untuk semakin peduli pada sungai serta sumber air lainnya, yang menjadi sumber kehidupan masyarakat, khususnya bahan baku air minum bagi warga kota.
“Masih banyak masyarakat yang belum semuanya sadar, termasuk sejumlah pengusaha yang membuang limbah B3-nya di sungai-sungai, khususnya di Kali Surabaya ini,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf.
Saat ini limbah industri dan domestik masih menjadi faktor utama dari terjadinya pencemaran sungai, yang kontribusinya mencapai 60 persen. Saifullah Yusuf mengajak masyarakat lebih peduli terhadap sungai, dengan terlibat dalam upaya melestarikan dan menjaga sungai.
“Ini cukup besar kontribusi pencemarannya, dan kita harus membangun kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menyadari betapa pentingnya kepedulian terhadap kualitas air, kita harus jaga dan lestarikan sungai ini bersama-sama,” ujarnya.
Penanganan limbah rumah tangga dan industri dapat dilakukan dengan mendorong setiap daerah atau kawasan permukiman membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal dalam bentuk sumur resapan di setiap rumah, agar kualitas air sungai tetap terjaga keamanannya.
“IPAL komunail adalah salah satu cara yang sedang kita kembangkan di tengah-tengah masyarakat, untuk mengatasi dampak pencemaran sungai. Apalagi kita saat ini memerlukan kualitas air yang lebih baik lagi kedepannya,” jelasnya.
Tidak hanya kualitas air, kuantitas air juga penting diperhatikan oleh semua pihak. Hal ini terkait keberadaan sumber mata air yang semakin berkurang bahkan mati, akibat bermunculan banyak hotel maupun pabrik di kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan air.
“Faktanya banyak sekali sumber mata air kita yang sudah mati, sehingga kita perlu bekerja keras untuk melakukan penanaman kembali kawasan yang kurang hijau, untuk menghasilkan sumber-sumber mata air yang baru,” lanjutnya.(ptr/red)
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.