Pelaku Kejahatan Sering Kali adalah Orang Terdekat. Mengapa?

Yovie Wicaksono - 19 June 2023

SR, Surabaya – Tindakan kejahatan bisa dialami oleh siapa saja. Bahkan pelakunya terkadang sosok yang tidak pernah diduga. Pemberitaan soal kekerasan dengan pelaku orang terdekat sudah banyak lalu-lalang di media. Pelakunya bisa suami, anak, saudara, hingga tetangga dengan berbagai pemicu yang terjadi.

Terkait hal tersebut, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Tiara Diah Sosialita mengatakan, siapapun berpeluang untuk melakukan tindakan kejahatan hingga tindakan keji meski ia sosok orang terdekat.

Menurutnya, ada beberapa aspek dari sudut pandang psikologi yang mempengaruhi hal ini. Pertama, rasa kedekatan yang sudah terjalin. “Jadi mereka (pelaku kekerasan, Red) merasa punya kontrol dan kuasa pada korbannya,” kata Tiara. 

Pada kasus ini, pelaku biasanya merupakan pihak yang merasa superior. “Mereka menggunakan power, kekuasaan yang dimiliki untuk memaksakan keinginan pada orang lain bisa pada pasangan, kerabat, bahkan anak,” katanya.

Kasus kekerasan yang berhubungan dengan orang terdekat tak hanya dilakukan secara fisik tapi juga psikis. Kedua, masalah emosional. “Pelaku yang merupakan orang terdekat bisa merasa cemburu, iri, atau apapun itu emosi negatif. Ini bisa memicu munculnya keinginan untuk melakukan tindakan kejahatan,” ungkap Tiara.

Pengalaman traumatis yang menimbulkan masalah emosional juga ikut terlibat dalam hal ini. “Pengalaman traumatis yang misal membuat mereka tega untuk melakukan tindakan kejahatan karena tidak bisa mengelola emosi dengan baik,” jelasnya.

Perasaan emosi yang dilampiaskan kepada orang terdekat didasari oleh persepsi bahwa apabila emosi tersebut dilampiaskan kepada mereka maka orang terdekat tersebut akan menerima. 

“Intinya jika perilaku jahat atau keji dilakukan orang terdekat, kalau tidak dipicu masalah emosional yang belum terselesaikan, ya, adanya relasi kuasa,” ucap Tiara.

Untuk itu, Tiara berpesan kepada masyarakat untuk mengenali bentuk emosi diri sendiri. Apabila masyarakat menyadari bentuk emosi yang dirasakan bisa membahayakan orang lain, maka segera cari bantuan pengobatan serta dukungan.

“Hal ini dapat membantu kita agar bisa mengatasi masalah yang kita rasakan, agar tindakan kejahatan tidak bisa terjadi atau berulang lebih buruk di masa depan,” pungkas Tiara. (*/red)

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.