Bata Lego, Inovasi Terbaru Poliwangi
SR, Banyuwangi – Mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi terus berinovasi menciptakan temuan baru, salah satunya membuat produk bata lego ekspose berbahan dasar limbah abu serabut kelapa dan limbah abu ampas tebu tanpa bakar, dengan berbagai pilihan warna menarik.
Bata lego mirip permainan lego semasa kecil ini dibuat langsung oleh tangan-tangan kreatif mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi, dibantu dengan mesin cetak sehingga menghasilkan bata lego yang padat dan halus serta ramah lingkungan.
Kordinator Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi, Zulis Erwanto mengatakan, inovasi ini merupakan Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) dari Direktorat Sistem Inovasi dan Direktorat Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun 2017.
Sementara bata lego ini pertama kali dikenalkan ke masyarakat dengan memberikan pelatihan langsung kepada masyarakat pengusaha batu bata konvensional, di Desa Kembiritan, dalam mengolah batu bata lego ekspose berbahan limbah abu serabut kelapa dan abu ampas tebu, memanfaatkan teknologi modern. Selanjutnya melalui program CPPBT ini, pengusaha batu bata konvensional di Dusun Pandan, Desa Kembiritan tersebut dibekali dengan menggunakan mesin pencetak batu bata lego.
Pembuatan batu bata lego ekspose ini bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar, terhadap produk batu bata yang menonjolkan nilai artistiknya. Komposisi produk batu bata lego ekspose ini meliputi tanah liat, pasir, semen dan abu, dengan perbandingan 4:3:2:1. Selain komposisi utama tersebut bisa diberi tambahan pewarna semen untuk alternatif jika ingin bata lego tersebut lebih artistik dan berwarna, juga diberi sedikit tambahan alkali sebagai pengeras bata.
“Dari segi biaya konstruksi, batu bata lego ekspose dan artistik ini lebih murah dibandingkan dengan batu bata ringan pabrikasi. Dari segi waktu pekerjaan pemasangan dinding lebih efektif dibandingkan pemasangan batu bata ringan pabrikasi. Tapi dari segi kualitas, batu bata lego ekspose dan artistik ini jauh lebih baik, karena bisa meningkatkan kearifan lokal,” papar Zulis.
Untuk spesifikasi bata lego ini, yakni 250 x 125 x 65 milimeter, atau 300 x 150 x 100 milimeter, mempunyai berat 2-3 kilogram dengan penyerapan air sekitar 5-6 persen, serta denssity sekitar 1.550 kilogram per meter kubik.
Dalam penerapannya, bata lego ini mudah dalam pemasangannya, karena sifatnya seperti memasang lego, dan lubang di dalamnya bisa diisi oleh mortar sebagai pengikat antar batu bata, tanpa memperlihatkan lapisan spesi. Sehingga pekerjaan dinding lebih rapi dan bagus dari sisi permukaan dindingnya.
Zulis berharap, melalui inovasi ini akan meningkatkan pendapatan pengusaha batu bata konvensional di Banyuwangi, serta memotivasi calon wirausahawan baru untuk menciptakan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT). Pengembangan produk bata lego diharapkan dapat diaplikasikan dalam pembangunan di Kabupaten Banyuwangi, khususnya dalam pengembangan perumahan-perumahan di Banyuwangi.(wan/red)
Tags: bata lego, inovasi, politeknik negeri banyuwangi, poliwangi
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.