Tradisi Malam Selawe di Gresik, Ziarah hingga Pasar Malam Dadakan

Yovie Wicaksono - 15 April 2023
Tradisi Malam Selawe di Gresik. Foto : (Antaranews)

SR, Surabaya – Ada sembilan tokoh penyebar ajaran Islam di Jawa  pada abad ke-14 hingga ke-18 yang dikenal dengan Wali Songo. Satu dari sembilan tokoh tersebut adalah Sunan Giri yang berasal dari Gresik, Jawa Timur. Untuk menghormati kisah wali tersebut, terdapat sebuah tradisi di Gresik yang bernama Malam Selawe. Tradisi ini hanya dilaksanakan di Kabupaten Gresik, Jawa Timur setiap malam ke-25 Ramadan.

Malam Selawe hakikatnya ialah malam saat para peziarah berkunjung ke makam Sunan Gresik. Tradisi Malam Selawe mulai diajarkan oleh Sunan Giri atau Raden Paku. Di malam ini, banyak peziarah yang datang ke makam untuk mendapatkan barokah malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang dimuliakan oleh Allah SWT dimana nilai ibadah akan ditakar lebih dari seribu bulan.

Peziarah yang  datang tidak hanya dari lokal saja, tetapi hampir dari seluruh Pulau Jawa bahkan Indonesia pun datang pada malam ini. Setelah berziarah dan berdoa, para peziarah dapat melanjutkan ibadah dengan melakukan salat tasbih. 

Tradisi ini sudah dilakukan sejak Sunan Giri masih melaksanakan amanahnya berdakwah di tanah Jawa, dilakukan setiap tahunnya di sepuluh malam terakhir bulan puasa. Malam yang dikenal oleh umat islam sebagai malam turunnya al-Quran. Di malam ini, diyakini malaikat-malaikat turun ke bumi.

Bertempat di Desa Klangonan, masyarakat rela datang jauh-jauh untuk menikmati keindahan malam itu. Walaupun dulunya tempat tersebut hanya digunakan untuk memusatkan ibadah malam Lailatul Qadar. 

Kini, Malam Selawe lebih banyak dimanfaatkan sebagai malam wisata dan rekreasi bagi keluarga, sekedar untuk menghibur diri ataupun mempelajari sejarah salah satu tokoh walisongo. Seperti kisah teladan perjuangan penyebaran dan pembangunan agama Islam di Giri, Gresik. Tidak jarang, situasi ini dimanfaatkan para penjaja jajan dan oleh-oleh untuk melariskan dagangan mereka, mulai dari kuliner, baju-baju, bahkan jasa pijat-memijat pun tersedia.

Seperti pada pasar malam umumnya, Pasar Malam Selawe suasana semakin meriah ketika malam hari. Malam Selawe, adalah waktu yang tepat bagi pengunjung untuk berbelanja maupun memanfaatkan jasa pijat. Karena biaya yang ditawarkan oleh para pedagang yang ada di pasar malam tersebut sangat ramah di kantong. Namun, kondisi ini tidak bertahan lama, mengingat pedagang-pedagang tersebut nantinya akan berpindah ke Pasar Bandeng setelah tradisi Malam Selawe selesai.

Untuk menambah euforia ramai acara Malam Selawe, kini tradisi Malam Selawe dimeriahkan oleh Girl Expo. Sudah tiga tahun tradisi tersebut diubah sedemikian rupa dan digelar di area parkir pemakaman Sunan Giri agar tidak tampak membosankan dan monoton di mata masyarakat luas.

Masyarakat yang tumpah ruah di Malam Selawe sangat menikmati suasana mistis namun ceria ini. Dari Tua hingga muda, lelaki maupun perempuan bisa bertahan sampai tengah malam sekedar untuk menikmati keseruan acara malam Selawe. Tidak jarang, ada masyarakat yang datang dari sore dan baru pulang menjelang pukul satu pagi. Semua itu karena malam Selawe senantiasa ditunggu kehadirannya oleh masyarakat Kabupaten Gresik.

Sebuah tradisi yang sangat menyenangkan dan ikonik dari Kabupaten Gresik. Masyarakat dapat beribadah dan di sisi lain juga bersenang-senang dan berekreasi bersama keluarga. Ada baiknya bagi generasi selanjutnya untuk terus mempertahankan dan melestarikan tradisi Malam Selawe, mengingat malam Selawe adalah budaya khas sejak dulu yang pantas dijaga keabadiannya.

Tradisi beribadah pada malam ke-25 Ramadan, tidak hanya ada di Gresik tetapi juga ada di daerah-daerah lain dengan nama dan ritual yang berbeda. 

Di Tidore, ada tradisi bernama Selo Guto. Tradisi ini dilakukan dengan kegiatan pembakaran lilin di makam para leluhur yang dilakukan setelah salat tarawih, dan berlangsung selama satu hari penuh.

Ada pula tradisi Dile Jojor, yaitu penyalaan lampu yang dilakukan masyarakat Lombok pada 10 malam terakhir Ramadan. Biasanya Dile Jojor dinyalakan pasca salat magrib dan dijadikan penerangan di setiap rumah yang berada di dusun. Mulanya Dile Jojor dinyalakan untuk menerangi jalan tatkala seseorang hendak memberikan zakat fitrah. (*/vi/red)

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.